HSI 1.25: Ridha Dengan Hukum Alloh

ridha dengan hukum alloh
Allah ta'aalaa sebagai Pencipta manusia sangat menyayangi mereka, Dialah Ar Rahmân Ar Rahîm. Di antara bentuk kasih sayangNya adalah menurunkan syari'at supaya manusia mendapatkan kebahagiaan dan terhindar dari kesusahan di dunia maupun di akhirat. Dialah Yang Maha Mengetahui dan Dialah Yang Maha Bijaksana, hukumNya penuh dengan keadilan, hikmah dan kebaikan, meskipun terkadang samar atas sebagian manusia.

HSI 1.24: Menyandarkan Nikmat Kepada Alloh

menyandarkan nikmat kepada alloh
Termasuk keyakinan yang harus diyakini dan diingat oleh setiap muslim bahwa kenikmatan dengan segala jenisnya adalah dari Allah. Allah ta'âlâ berfirman:

 وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ 

"Kenikmatan apa saja yang kalian dapatkan maka asalnya dari Allah" (QS. An Nahl: 53)

Dan termasuk syirik kecil apabila seseorang mendapatkan sebuah kenikmatan dari Allah kemudian menyandarkan kenikmatan tersebut kepada selain Allah, seperti mengatakan: Kalau pilot tidak mahir niscaya kita sudah celaka, kalau tidak ada angsa tersebut niscaya uang kita sudah dicuri, kalau bukan karena dokter tersebut niscaya saya tidak sembuh. Ini semua adalah menyandarkan kenikmatan kepada sebab.

Allah berfirman:

 يَعْرِفُونَ نِعْمَةَ اللَّهِ ثُمَّ يُنْكِرُونَهَا 

"Mereka mengenal nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya" (QS. An Nahl: 83)

HSI 1.23: Taat Ulama Dalam Kebenaran

taat ulama dalam kebenaran
Ulama adalah orang-orang yang memiliki ilmu tentang Allah dan agamaNya, ilmu yang membawa dirinya untuk bertakwa kepada Allah. Mereka adalah pewaris para nabi. Kedudukan mereka di dalam agama Islam sangat tinggi. Keutamaan mereka dibanding ahli ibadah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibanding cahaya bintang-bintang. Allah telah mengangkat derajat mereka dan memerintahkan kita untuk taat kepada ulama selama mereka menyeru kepada kebenaran dan kebaikan.

Allah ta'aalaa berfirman:

 يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ  

"Wahai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, dan ulil amri kalian" (QS. An Nisâ': 59)

Ulil amri disini mencakup ulama dan umara (pemerintah). Menghormati mereka bukan berarti menaati mereka dalam segala hal, sampai kepada kemaksiatan. Ulama seperti manusia lain, ijtihad mereka kadang salah dan kadang benar. Kalau benar mereka mendapatkan dua pahala, dan bila salah mendapatkan satu pahala. Apabila telah jelas kebenaran bagi seorang muslim dan jelas bahwa seorang ulama menyelisihi kebenaran tersebut dalam sebuah permasalahan maka tidak boleh menaati ulama tersebut dan meninggalkan kebenaran. Rasulullah shallallâhu 'alaihi wa sallam bersabda:

 لاَ طَاعَةَ فِي مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ 

"Tidak ada ketaatan dalam kemaksiatan, sesungguhnya ketaatan hanya di dalam kebenaran" (Muttafaqun 'alaihi) 

HSI 1.22: Takut Kepada Alloh

takut kepada alloh
Diantara keyakinan seorang muslim adalah bahwa manfaat dan mudharat adalah di tangan Allah semata. Seorang muslim tidak takut kecuali kepada Alloh tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. 

Takut kepada Allah yang dibenarkan adalah takut yang membawa pelakunya untuk merendahkan diri di hadapan Allah, mengagungkanNya, dan membawanya untuk menjauhi laranganNya dan melaksanakan perintahNya. Bukan takut berlebihan yang membawa kepada keputusasaan terhadap rahmat Allah dan bukan takut yang terlalu tipis yang tidak membawa pemiliknya kepada ketaatan. Takut seperti ini adalah ibadah.