BIAS 13 : Adab-Adab Minum

Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah membawakan sebuah hadits. Beliau berkata, dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Janganlah sekali-sekali seorang dari kalian minum dalam kondisi berdiri (HR. Muslim).
Faedah dari hadits ini menunjukkan bahwasannya dilarang seseorang minum dalam kondisi berdiri, karena dalam kaidah ushul fiqih disebutkan :
 
الأصل في النهي التحريم
" Al ashlu fi nahyi attahrim"
Hukum asal dalam larangan adalah pengharaman
Oleh karenanya sebagian ulama seperti ulama zhahiriyyah, mereka mengambil zhahir hadits ini. Mereka mengatakan bahwasannya minum dalam kondisi berdiri hukumnya haram. Artinya, jika seseorang minum dalam kondisi berdiri maka dia berdosa.
 
Sementara jumhur ulama, mayoritas ulama (kalau kita katakan jumhur artinya mayoritas), kebanyakan ulama membawakan hadits ini pada makna "tidak utama". Artinya, janganlah salah seorang dari kalian minum dalam kondisi berdiri karena itu tidak utama, yang utama adalah minum dalam kondisi duduk, akan tetapi boleh minum dalam kondisi berdiri.
 
Mayoritas ulama, tatkala berpendapat demikian, mereka tidak memandang haramnya minum dalam kondisi berdiri. Mereka hanya memandang ini adalah tidak utama. Kenapa? Karena ada dalil lain yang menunjukkan bolehnya minum sambil berdiri. Contohnya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan juga Muslim, dari Ibnu Abbas radhiallahu 'anhuma, beliau berkata:
Aku memberikan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam air minum dari zam-zam, maka beliaupun meminum air zam-zam tersebut dalam kondisi berdiri
Kemudian, hadits yang lain yang juga dalam Shahih Bukhari, dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu, beliau diberikan air kemudian beliau minum sambil berdiri tatkala beliau berada di Kufa, beliau berkata:
Sesungguhnya orang-orang tidak suka jika salah seorang dari mereka minum dalam kondisi bediri, sementara aku pernah melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melakukan seperti apa yang kalian lihat aku melakukannya, (artinya) aku pernah melihat Nabi minum dalam keadaan berdiri sebagaimana sekarang kalian melihat aku minum sambil berdiri.
Ini dijadikan dalil oleh jumhur ulama bahwasannya minum dalam kondisi berdiri hukumnya adalah boleh terutama jika ada kebutuhan. Ada khilaf di antara para ulama tentang bagaimana mengkompromikan dua model hadits ini. Ada hadits yang menunjukkan larangan, yaitu Nabi shallallahu'alaihi wasallam melarang minum sambil berdiri dan ada hadits-hadits yang menunjukkan Nabi shallallahu'alaihi wasallam pernah minum sambil berdiri bahkan dipraktekkan oleh Ali bin Abi Thalib radhiallahu 'anhu.
 
Pendapat yang pertama mengambil cara "nasikh" dan "mansukh". Bahwa larangan-larangan terhadap minum sambil berdiri itu datangnya terakhir sehingga me-mansukh hadits-hadits yang membolehkan minum sambil berdiri. Namun pendapat ini tidak kuat , karena Ali bin Abi Thalib menyampaikan atau mempraktekkan minum sambil berdiri tatkala beliau di Kufa, yaitu di masa Khulafaurasyidin, setelah wafatnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
 
Ini menunjukkan bahwasannya Ali bin Abi Thalib memahami hukum tersebut tidak mansukh. Demikian juga, ada yang berpendapat sebaliknya, justru hadits-hadits yang melarang minum berdiri dimansukh oleh hadits-hadits yang membolehkan. Dua pendapat ini tidak kuat karena masalah "nasikh" dan "mansukh" butuh dalil yang lebih kuat lagi yang menunjukkan mana yang lebih dahulu mana yang terakhir.
 
Dan tidak ada dalil yang menunjukkan akan hal ini semua. Sebagian ulama juga berpendapat, bahwa bolehnya minum sambil berdiri hanyalah kekhususan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kita sebagai umat tidak boleh minum sambil berdiri. Karena waktu beliau shallallahu 'alaihi wasallam melarang minum sambil berdiri beliau berbicara dengan ucapan, adapun tatkala beliau minum berdiri adalah praktek bukan ucapan. Sehingga bolehnya minum sambil berdiri adalah kekhususan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
 
Ini juga dibantah oleh para ulama, kalau itu merupakan kekhususan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam kenapa dipraktekkan oleh Ali bin Abi Thalib. Intinya, pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur ulama yang mengkompromikan atau menggabungkan dua model hadits ini.
 
Yaitu hadits yang melarang minum sambil berdiri itu dibawa kepada "khilaful aula" yaitu, bahwasannya lebih utama untuk tidak minum sambil berdiri, namun boleh sambil berdiri berdasarkan dalil-dalil yang membolehkan. Terutama jika ada hajat atau kebutuhan. Mungkin lagi ada keperluan sehingga perlu berjalan sambil minum atau berdiri untuk minum, maka ini tidak mengapa.
 
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati Alloh Subhanu wa Ta'ala, kita simpulkan pembahasan kita kali ini, bahwa SUNNAHNYA hendaknya minum dalam keadaan duduk dan akan mendapatkan ganjaran dari Alloh Subhanu wa Ta'ala. Namun, jika dia ada keperluan maka boleh minum dalam keadaan berdiri . Al Hafizh Ibnu Hajar pernah berkata:
Jika engkau hendak minum maka minumlah dalam keadaan duduk maka engkau akan mendapatkan pahala sunnahnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, pemimpin ahlul Hijaz.
Para ulama membenarkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah minum dalam kedaan berdiri, akan tetapi beliau berdiri tsb untuk menjelaskan akan bolehnya minum sambil berdiri. Jadi kita umat Islam, kalau ingin mengikuti sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, asalnya kita minum dalam keadaan duduk, namun jika ada keperluam, boleh kita minum sambil berdiri, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam.
Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber :
  • Whats App Grup BIAS Group N01-57
  • Transkrip oleh Tim Materi Bimbingan Islam

HSI 5.50 : Mizan (Timbangan) dan Penimbangan Amal (bagian 1)

Di antara beriman kepada hari akhir adalah beriman dengan adanya mizan dan penimbangan amal. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al Anbiya : 47
 
وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئ
Dan Kami akan meletakkan timbangan-timbangan yang adil pada hari kiamat, maka tidak ada seorangpun yang akan dizholimi sedikitpun.
Sebagian ulama berpendapat bahwasanya penimbangan amal dilakukan setelah hisab. Karena hisab adalah untuk menghitung amalan sedangkan penimbangan adalah untuk menampakkan hasil dari perhitungan tersebut dan menunjukkan keadilan Alloh Subhanahu Wa Ta'ala.
 
Akan ditimbang hasanah dan sayyiah dengan pertimbangan yang hakiki. Memiliki dua kiffah yaitu piringan timbangan. Memiliki sifat berat dan ringan dan bisa miring karena amalan. Hanya Alloh Yang Maha Mengetahui tentang hakikatnya dan bagaimananya. Alloh berfirman dalam Surat Al Mu'minun 102-103:
 
فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون.
وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُون.
Dan barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahannam.
Dalam hadis shohih yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Ibnu Majah disebutkan bahwasanya catatan dosa-dosa akan ditaruh di kiffah dan bitoqoh atau kartu yang bertuliskan laa ilaha illallah akan ditaruh di kiffah yang lain. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 
يُوْضَعُ الْمِيْزَانُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَلَوْ وُزِنَ فِيْهِ السَّمَوَاتُ وَالأَرْضُ لَوَسِعَتْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: يَا رَبِّ! لِمَنْ يَزِنُ هَذَا؟ فَيَقُوْلُ اللهُ تَعَالَى: لِمَنْ شِئْتُ مِنْ خَلْقِيْ، فَتَقُوْلُ الْمَلاَئِكَةُ: سُبْحَانَكَ مَا عَبَدْنَاكَ حَقَّ عِبَادَتِكَ.
Pada hari Kiamat, mizan akan ditegakkan. Andaikan ia digunakan untuk menimbang langit dan bumi, niscaya ia akan tetap lapang. Maka Malaikat pun berkata, "Wahai Rabb-ku, untuk siapa timbangan ini?" Alloh berfirman: "Untuk siapa saja dari hamba-hamba-Ku." Maka Malaikat berkata, "Maha suci Engkau, tidaklah kami dapat beribadah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya." (Diriwayatkan oleh al-Hakim dan dinilai shohih oleh al-Albani dalam Silsilah As-Silsilah Ash-Shohihah, no. 941).
Para ulama berbeda pendapat tentang berapakah jumlah mizan di hari kiamat. Apakah satu timbangan atau banyak, karena masing-masing manusia memiliki timbangan atau masing-masing amalan ada timbangan khusus. Hanya Alloh Yang Maha Mengetahui akan hal itu.


Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy

HSI 5.49 : Penegakan Qisos atau Hukuman Bagi Orang-orang Yang Dzolim

Termasuk keadilan Alloh Subhanahu Wata'ala adalah menegakkan qisos di antara mahluk di hari kiamat. Tidak ada mahluk yang dizolimi di dunia oleh mahluk yang lain kecuali akan Allah kembalikan haknya di hari kiamat, bahkan diantara hewan. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda,
Sungguh akan diberikan hak-hak ini kepada pemiliknya di hari kiamat sampai akan di qisos seekor kambing yang bertanduk karena kezoliman yang dia lakukan terhadap kambing yang tidak bertanduk (HR. Muslim).
Akan didatangkan orang yang zolim dan dizolimi sekecil apapun kezoliman tersebut. Baik kezoliman berupa harta seperti pencurian, perampokan, penipuan, hutang. Atau kezoliman kehormatan seperti umpatan, ghibah yaitu membicarakan kejelekan orang lain, tuduhan palsu atau kezoliman fisik seperti pemukulan, pembunuhan dan lain-lain. Penegakan keadilan saat itu adalah dengan hasanah dan sayyiah. Orang yang zolim akan diambil hasanahnya dan diberikan kepada orang yang dizolimi. 

Apabila orang yang zolim tersebut tidak memiliki hasanah, maka sayyiah orang yang dizolimi akan diberikan kepada orang yang zolim tersebut. Orang yang bangkrut di hari tersebut adalah orang-orang yang terlalu banyak kezolimannya di dunia. Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya,
Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan ummatku adalah yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala sholat, pahala puasa dan pahala zakat. Dia datang pada hari tersebut dan dahulu di dunia dia telah mencela si fulan, menuduh si fulan berzinah, memakan harta si fulan, menumpahkan darah si fulan dan memukul si fulan. Maka hasanah atau pahala kebaikan orang tersebut akan diberikan kepada si fulan, lalu si fulan, sehingga apabila habis hasanah orang tersebut sebelum dia melunasi hak orang lain maka akan diambil dosa-dosa orang yang pernah dia zolimi tersebut dan dipikulkan kepadanya, kemudian akhirnya dia dilemparkan ke dalam neraka (HR.Muslim).
Oleh karena itu seorang muslim di dunia apabila berbuat zolim maka hendaknya bersegera untuk minta maaf dan mengembalikan hak orang yang pernah dia zolimi. Rasulullah salallahu 'alaihi wasallam bersabda yang artinya,
Barang siapa yang memiliki kezoliman kepada orang lain baik berupa kehormatan atau sesuatu yang lain maka hendaklah dia meminta dihalalkan darinya pada hari ini. Sebelum datangnya hari yang di situ tidak ada lagi dinar maupun dirham (HR.Bukhori).
Orang yang dizolimi di dunia boleh membalas dengan balasan yang setimpal. Akan tetapi tidak boleh dia membalas dengan berlebihan, karena dengan demikian justru dia menjadi orang yang zolim yang akan diambil kebaikannya. Dan apabila dia memaafkan maka Allah subhanahu wata'ala akan memberikan pahala yang besar.
 
Allah subhana wata'ala berfirman dalam Surat Assyuro : 40

وَجَزَٲٓؤُاْ سَيِّئَةٍ۬ سَيِّئَةٌ۬ مِّثۡلُهَا‌ۖ فَمَنۡ عَفَا وَأَصۡلَحَ فَأَجۡرُهُ ۥ عَلَى ٱللَّهِ‌ۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ 
Dan balasan sebuah kejelekan adalah kejelekan yang setimpal. Dan barang siapa yang memaafkan dan memperbaiki, maka pahalanya atas Allah subhanahu wata'ala. Sesungguhnya Allah subhanahu wata'ala tidak mencintai orang-orang yang zolim.

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy
Ditranskrip Oleh : Akh Umar Murli

HSI 5.48 : Pemberian Kitab

Setelah Alloh Subhanahu Wa Ta'ala menghisab seorang hamba, maka hamba tersebut akan diberi kitab. Orang yang beriman dengan hisab dan hari perhitungan dan dia beramal maka dia akan menerima kitab yang berisi hasanah dengan tangan kanannya. Dan kelak akan kembali kepada keluarganya di dalam surga dalam keadaan yang sangat bahagia. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Insyiqoq : 7-9

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ (٧) فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا (٨) وَيَنقَلِبُ إِلَىٰٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورً۬ا (٩) وَ 
Maka adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya, maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah dan akan kembali kepada keluarganya dalam keadaan bahagia.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Haqqoh : 19-25

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ فَيَقُولُ هَآؤُمُ ٱقۡرَءُواْ كِتَـٰبِيَهۡ (١٩) إِنِّى ظَنَنتُ أَنِّى مُلَـٰقٍ حِسَابِيَهۡ (٢٠) فَهُوَ فِى عِيشَةٍ۬ رَّاضِيَةٍ۬ (٢١) فِى جَنَّةٍ عَالِيَةٍ۬ (٢٢) قُطُوفُهَا دَانِيَةٌ۬ (٢٣) كُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ هَنِيٓـَٔۢا بِمَآ أَسۡلَفۡتُمۡ فِى ٱلۡأَيَّامِ ٱلۡخَالِيَةِ (٢٤) وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِشِمَالِهِۦ فَيَقُولُ يَـٰلَيۡتَنِى لَمۡ أُوتَ كِتَـٰبِيَهۡ (٢٥) وَ 
Maka adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya dia akan berkata kepada orang lain, "Silahkan baca kitabku ini. Sesungguhnya aku dahulu di dunia yakin bahwa aku akan menemui hisab". Maka dia akan berada di dalam kehidupan yang diridhai di surga yang tinggi yang buah-buahannya rendah (maksudnya mudah dipetik), dikatakan kepada mereka, "Makanlah kalian dan minumlah dengan nikmat karena amal-amal yang kalian kerjakan pada hari-hari yang telah lalu".
Adapun orang kafir dan munafiq, maka dia akan menerima kitab dengan tangan kiri dari arah belakang. Pertanda bahwasanya mereka akan masuk ke dalam neraka. Dia pun berteriak dengan kecelakaan. Tidak bermanfaat bagi mereka, harta mereka yang melimpah dan jabatan mereka yang tinggi di dunia. Mereka menyesal dan berangan-angan seandainya tidak diberi kitab. Dan berangan-angan seandainya tidak dibangkitkan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Insyiqoq : 10-14

وَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ وَرَآءَ ظَهۡرِهِۦ (١٠) فَسَوۡفَ يَدۡعُواْ ثُبُورً۬ا (١١) وَيَصۡلَىٰ سَعِيرًا (١٢) إِنَّهُ ۥ كَانَ فِىٓ أَهۡلِهِۦ مَسۡرُورًا (١٣) إِنَّهُ ۥ ظَنَّ أَن لَّن يَحُورَ (١٤) بَ 
Dan adapun orang yang diberikan kitabnya dari belakangnya, maka dia akan berteriak dengan kecelakaan. Dan akan masuk kelak di dalam neraka. Sesungguhnya dulu dia bergembira ria bersama keluarganya. Dan sesungguhnya dahulu dia menyangka bahwa dia tidak akan kembali kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala.
Alloh Subhanahu Wa Ta'ala juga berfirman dalam Surat Al-Haqqoh : 25 -32

وَلَمۡ أَدۡرِ مَا حِسَابِيَهۡ (٢٦) يَـٰلَيۡتَہَا كَانَتِ ٱلۡقَاضِيَةَ (٢٧) مَآ أَغۡنَىٰ عَنِّى مَالِيَهۡۜ (٢٨) هَلَكَ عَنِّى سُلۡطَـٰنِيَهۡ (٢٩) خُذُوهُ فَغُلُّوهُ (٣٠) ثُمَّ ٱلۡجَحِيمَ صَلُّوهُ (٣١) ثُمَّ فِى سِلۡسِلَةٍ۬ ذَرۡعُهَا سَبۡعُونَ ذِرَاعً۬ا فَٱسۡلُكُوهُ (٣٢) إِ 
Adapun orang-orang yang diberi kitab dari sebelah kiri, maka dia akan berkata, "Seandainya aku tidak diberi kitabku ini dan seandainya aku tidak mengetahui hisabku. Seandainya kematian yang menyudahi segalanya. Hartaku tidak memberikan manfaat kepadaku. Telah hilang kekuasaanku". Maka Alloh berkata, "Peganglah dia, lalu belenggulah tangannya ke lehernya. Kemudian masukkanlah dia ke dalam api neraka yang menyala-nyala, kemudian ikatlah dia dengan rantai yang panjangnya 70 hasta".

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy

HSI 5.47 : Orang, Amalan dan Hal Yang Pertama Kali Dihisab

Photo Credit : deviantart.net/
Orang yang pertama kali dihisab pada hari kiamat ada tiga orang. Yang pertama, orang yang berjihad karena riya'. Dia akan didatangkan dan akan diperlihatkan kenikmatan yang telah Alloh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya. Kemudian ditanya oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala,
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Dia mengatakan,
Aku gunakan untuk berperang di jalanmu sampai aku mati syahid.
Alloh berkata kepadanya,
Kamu dusta. Akan tetapi kamu berperang supaya dikatakan sebagai seorang pemberani dan manusia sudah mengatakan engkau adalah pemberani.
Kemudian didatangkan orang yang mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan juga membaca Alquran, akan tetapi ia melakukan itu semua karena riya. Kemudian diperlihatkan kenikmatan yang telah Alloh berikan kepadanya maka diapun mengenalnya. Kemudian ditanya oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala,
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Dia berkata,
Aku mempelajari ilmu dan mengajarkannya dan aku membaca Alquran karenamu.
Alloh mengatakan,
Kamu dusta, kamu mempelajari ilmu, mengajarkannya supaya dikatakan alim. Dan membaca Alquran supaya dikatakan Qari'. Dan manusia sudah mengatakan demikian.
Kemudian didatangkan orang yang Alloh luaskan hartanya dan telah diberikan berbagai macam harta benda, maka Alloh memperlihatkan kenikmatan yang telah Alloh berikan kepadanya, maka diapun mengenalnya. Kemudian Alloh bertanya,
Apa yang kamu lakukan terhadap kenikmatan ini?
Ia pun menjawab,
Tidaklah aku tinggalkan satu jalan yang engkau cinta. Aku berinfaq di dalamnya, kecuali aku berinfaq ke dalamnya.
Alloh berkata,
Kamu dusta, akan tetapi engkau melakukannya supaya dikatakan dermawan. Dan sungguh manusia telah mengatakan demikian (HR. Muslim).
Amal ibadah yang pertama kali akan dihisab adalah sholat lima waktu. Apakah seorang hamba menyempurnakan sholatnya atau tidak. Jika sempurna, maka akan ditulis sempurna. Dan apabila kurang, maka Alloh Subhanahu Wa Ta'ala akan memerintahkan malaikat untuk melihat sholat-sholat sunnahnya.
 
Apabila dia memiliki sholat-sholat sunnah, maka akan digunakan untuk menambal kekurangan yang dilakukan ketika sholat fardhu (Hadits Shahih Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah).
 
Adapun hal pertama yang berkaitan dengan hak antar manusia yang akan dihisab adalah tentang darah. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَوَّلُ مَا يُقْضَى بَيْنَ النَّاسِ فِي الدِّمَاءِ 
Hal yang pertama kali akan dihisab yang berkaitan dengan hak antar manusia pada hari kiamat adalah tentang darah (HR. Muslim).

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy

Apa Itu Je Suis Charlie? Maksud dan Artinya

Je Suis Charlie secara bahasa berasal dari bahasa perancis yang dapat diterjemahkan menjadi "Saya Adalah Charlie". Tiga kata ini adalah slogan yang dipakai oleh pendukung kebebasan berpendapat dan berekspresi sebagai reaksi atas kejadian pembunuhan 12 orang pada tanggal 7 Januari 2015. Dua belas orang tersebut terbunuh di kantor sebuah media cetak yang isinya sebagian besar adalah sindiran yang bernama Charlie Hebdo berlokasi di Paris, Perancis.

Pembunuhan ini disinyalir karena perbuatan kartunis Charlie Hebdo sendiri yang sering memuat kartun yang menyindir agama islam, meskipun kita tidak bisa membenarkan perbuatan pembunuhan itu. Tentunya tidak ada asap kalau tidak ada api. 

Terakhir, dua kasihan dari saya :
  1. Kasihan hidupnya harus berakhir dengan dibunuh.
  2. Kasihan matinya dalam keadaan belum menyesal atas perbuatannya menghina agama islam.
Ironisnya, termasuk dalam 12 korban adalah seorang polisi muslim bernama Ahmed yang tentunya sedang bertugas melindungi para kartunis yang pernah menghina agamanya.
 
#JeSuisAhmed

Bias 13 : Adab-Adab Bersin

Photo Credit : albetaqa.com
Alhamdulillaah washshalaatu wassalaamu 'alaa Rasuulillaah.
 
Para ikhwan dan akhwat, kita masuk pada halaqoh yang ke-13. Dari Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda:
 
إِذَا عَطَسَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ: اَلْحَمْدُ الله, وَلْيَقُلْ لَهُ أَخُوهُ يَرْحَمُكَ الله, فَإِذَا قَالَ لَهُ يَرْحَمُكَ الله, فَلْيَقُلْ يَهْدِيكُمُ الله, وَيُصْلِحُ بَالَكُمْ ) أَخْرَجَهُ اَلْبُخَارِيُّ
Jika salah seorang dari kalian bersin maka hendaknya dia mengatakan "Alhamdulillaah". Dan saudaranya yang mendengarnya mengucapkan "Yarhamukallaah". Jika saudaranya mengucapkan yarhamukallaah maka yang bersin tadi menjawab lagi dengan mengatakan "Yahdikumullaah wa yushlihu baa lakum" (semoga Allah memberi petunjuk kepada kalian dan semoga Allah meluruskan/memperbaiki urusanmu (HR. Imam Al-Bukhari).
Hadits ini berkaitan tentang adab bersin dan adab orang yang mendengar bersin. Pertama berkaitan dengan orang yang bersin. Orang yang bersin, dia telah mendapatkan nikmat dari Allah سبحانه وتعالى. Sehingga tatkala dia bersin keluar kotoran dari tubuhnya dan dia merasa lebih ringan daripada dia bersin tersebut terpendam dalam dirinya. Maka hendaknya dia mengucapkan "Alhamdulillaah".
 
Dan sebagian orang menyatakan bahwasanya bersin menunjukkan sehatnya seseorang. Dia tidak berbicara tentang orang yang bersin melulu, menunjukkan dia sakit, tidak. Tapi kita berbicara tentang yang bersin terkadang yang dialami oleh seseorang, ini adalah nikmat yang menunjukkan tubuhnya sehat sehingga keluar dari tubuhnya hawa tersebut sehingga dia mengucapkan "Alhamdulillaah".
 
Dan ini peringatan bagi kita, kalau bersin, sekedar bersin kita dianjurkan untuk mengucapkan "Alhamdulillaah", memuji Allah atas nikmat tersebut. Bagaimana lagi dengan nikmat-nikmat yang lain? Oleh karenanya hendaknya sering kita memuji Allah tatkala kita berdzikir alhamdulillaah setelah shalat, benar-benar kita renungkan makna alhamdulillaah. Bahwasanya terlalu banyak nikmat yang Allah berikan kepada kita, yang terkadang kita lupa untuk bersyukur kepada Allah سبحانه وتعالى, lupa untuk memuji Allah سبحانه وتعالى yang memudahkan nikmat tersebut kepada kita.
 
Kemudian tatkala dia bersin, hendaknya dia memperhatikan adab. Sebagaimana Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم tatkala dia Rasulullah bersin, wadho'a yadahu fi fihi. Rasulullah kalau bersin beliau meletakkan tangan beliau di mulutnya atau meletakkan bajunya sehingga tidak tersebar kemana-mana. Kemudian beliau melemahkan suara beliau tatkala bersin.
 
Oleh karena seseorang tatkala bersin jangan dia menggelegar dengan sekeras-kerasnya, kemudian lehernya atau kepalanya dipalingkan ke kanan dan ke kiri sehingga tersebarlah virus-virusnya, tidak.
 
Tapi dia berusaha mengecilkan suaranya dan berusaha menutup mulutnya. Ini adab dalam bersin sehingga dia tidak mengganggu orang lain. Karena ada orang yang tatkala bersin menggelegar, sengaja, ada orang yang tidak sengaja, tidak mampu menahan suaranya. Ini mendapat udzur. Tapi ada yang sengaja untuk melepaskan suaranya, ini tidak diperbolehkan.
 
Kemudian adab orang yang mendengar tatkala mendengar seorang bersin maka dia menjawab "Yarhamukallaah" (semoga Allah memberi rahmat kepada engkau). Engkau telah mendapatkan nikmat maka semoga Allah menambah rahmat kepada engkau.
 
Para ulama berbicara tentang bagaimana kalau ada orang yang tidak mengucapkan alhamdulillaah. Kita tidak mengucapkan yarhamukallaah kepada dia. Dalam hadits disebutkan:
 
عَطَسَ رَجُلَانِ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَشَمَّتَ أَحَدَهُمَا وَلَمْ يُشَمِّتْ الْآخَرَ ، فَقِيلَ لَهُ فَقَالَ :(هَذَا حَمِدَ الله ، وَهَذَا لَمْ يَحْمَدْ الله)
Ada 2 orang yang bersin disisi Nabi maka Nabi mengucapkan "Yarhamukallaah" kepada satunya dan satunya Nabi tidak mengucapkan yarhamukallaah. Maka orang yang tidak diucapkan yarhamukallaah protes, ya Rasulullah:
سَمَّتْ هَذَا ، وَلَمْ تُشَمِّتْنِي
Engkau mengucap yarhamukallaah kepada si fulan adapun kepada aku tidak, maka Nabi mengatakan:
إِنَّ هَذَا حَمِدَ اللَّهَ, وَ لَمْ تَحْمَدِ اللّهَ
Si fulan tadi tatkala bersin mengucapkan alhamdulillaah, adapun engkau tidak mengucapkan alhamdulillaah.
Oleh karenanya, orang yang bersin tidak mengucapkan alhamdulillaah, maka kita tidak menjawab yarhamukallaah.
 
Diriwayatkan dari Ibnul Mubarok رحمه اللّه, tatkala ada seseorang bersin di hadapan Ibnul Mubarok dan dia tidak mengucapkan alhamdulillaah maka Ibnul Mubarok bertanya pada dia,
Apa yang diucapkan oleh orang yang bersin?
Orang ini pun mengatakan,
Alhamdulillaah
maka Ibnu Mubarok kemudian mengucapkan,
Yarhamukallaah
Seakan-akan mengingatkan kepada orang tersebut, terkadang seseorang lupa mengucapkan alhamdulillaah atau karena saking sibuknya lupa untuk mengucapkan alhamdulillaah maka boleh kita mengingatkan dia agar kita mengucapkan yarhamukallaah kepada dia.
 
Kemudian apa hukum mengucapkan yarhamukallaah? Ada khilaf di antara para ulama.
  • Ada yang mengatakan fardhu 'ain (setiap orang yang mendengar harus mengucapkan yarhamukallaah)
  • Ada yang mengatakan fardhu kifayah (cukup sebagian orang yang mengucapkan yarhamukallaah)
  • Ada yang mengatakan sunnah secara mutlak.
Tapi kita berusaha menghidupkan sunnah ini, apa hukumnya sunnah, apakah fardhu kifayah atau fardhu 'ain, kita berusaha mengucapkan yarhamukallaah kepada saudara kita yang bersin. Kemudian setelah kita mengucapkan "yarhamukallaah" maka orang yang bersin tadi mengucapkan "yahdikumullaah wa yushlihu baa lakum", balik mendo'akan orang yang telah mendo'akannya dengan berdo'a semoga Allah memberi hidayah kepadamu dan semoga Allah meluruskan urusanmu.
 
Sungguh indah adab yang diajarkan oleh Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, saling mendo'akan di antara sesama muslim, menghilangkan rasa hasad, menghilangkan rasa dengki.
 
Bayangkan jika seorang saling mendo'akan di antara mereka, dan ini mempererat tali ukhuwah di antara kaum muslimin. Sangat dituntut untuk mempererat tali ukhuwah (tali persaudaraan) di antara kaum muslimin. Dan sangat dituntut untuk menghilangkan segala sebab-sebab yang bisa menumbuhkan perpecahan, perselisihan, buruk sangka dan yang lain-lainnya.
 
Terakhir sebelum kita tutup majlis kita yaitu pembahasan tentang bagaimana orang yang sakit yang bersin berulang-ulang? Maka yang wajib bagi kita adalah untuk mengucapkan yarhamukallaah sekali saja. Ada yang mengatakan sampai 3 kali disunnahkan, lebih dari itu tidak perlu.
 
Disebutkan dalam hadits Salamah ibnil Akwa رضي اللّه عنه, bahwasanya dia mendengar Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم dan ada seorang yang bersin di sisi Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, maka Nabi mengatakan "Yarhamukallaah". ثُمَّ عَطَشَ أُخْرَ (kemudian orang ini bersin lagi), kemudian Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم mengatakan اَلرَّجُلُ مَزْكُوْمٌ si fulan ini sedang sakit flu.
 
Oleh karenanya ini isyarat dari Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم kalau ternyata orang ini bersinnya tidak wajar. Namun karena sakit maka kita rubah do'a, do'anya bukan lagi "yarhamukallaah" tapi kita mendo'akan "syafakallaah" (semoga Allah menyembuhkanmu) atau do'a-do'a yang berkaitan dengan orang yang sakit.
 
Demikian, wabillaahittaufiq walhidayah.
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber :
  • Whats App Grup BIAS Group N01-57
  • Transkrip oleh Tim Materi Bimbingan Islam

HSI 5.46 : Keadaan Manusia Ketika Hisab

Photo Credit : fimadani.com
Ada di antara manusia yang kelak akan sulit hisabnya, ada yang mudah, dan ada di antara mereka yang sama sekali tidak dihisab. Orang-orang kafir menurut pendapat yang lebih kuat meskipun amalan mereka adalah amalan yang sia-sia namun mereka akan dihisab dan ditanya oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala sebagai celaan kepada mereka dan untuk menunjukkan keadilan Alloh serta menegakkan hujjah atas mereka.
 
Hisab terhadap orang-orang kafir akan sangat teliti. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda,

وَمَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ هَلَكْ 
Barang siapa yang diperiksa dengan teliti hisabnya, maka dia akan binasa (HR. Bukhori dan Muslim).
Adapun orang-orang yang beriman maka mereka akan dihisab dengan hisab yang mudah. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Insyiqoq : 7-8

فَأَمَّا مَنۡ أُوتِىَ كِتَـٰبَهُ ۥ بِيَمِينِهِۦ (٧) فَسَوۡفَ يُحَاسَبُ حِسَابً۬ا يَسِيرً۬ا (٨) وَ 
Adapun orang yang diberi kitab dengan tangan kanannya,maka dia akan dihisab dengan hisab yang mudah.
Dan yang dimaksud dengan hisab yang mudah disebutkan oleh Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam dalam sebuah hadits yang artinya,
Sesungguhnya Alloh akan mendekatkan seorang mukmin kemudian menutupinya, kemudian Alloh berkata kepadanya, "Apakah kamu mengetahui dosa ini? Apakah kamu mengetahui dosa ini?" Maka orang mukmin tersebut berkata, "Iya wahai Rabbku". Sehingga ketika Alloh sudah membuatnya mengetahui dosa-dosanya dan hamba tersebut melihat bahwa dirinya binasa yaitu karena dosa-dosanya tersebut, maka Alloh berkata aku telah menutupi dosa-dosamu ini di dunia dan aku mengampuninya untukmu hari ini. Maka diapun diberi kitab kebaikan-kebaikannya (HR. Bukhori dan Muslim).
Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam mengabarkan bahwasanya ada 70 ribu dari umatnya yang kelak tidak dihisab sama sekali. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam menyebutkan bahwasannya mereka adalah orang-orang yang tidak pernah minta diobati dengan besi panas, tidak minta dirukyah oleh orang lain, tidak bertatoyyur yaitu menganggap sial dengan melihat burung ataupun semisalnya dan mereka hanya bertawakal kepada Alloh. Di antara mereka adalah seorang sahabat Ukasyah Ibnu Muhson (HR. Bukhori dan Muslim).

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy 
Ditranskrip Oleh : Akh Muhtar Ghozali

BIAS Jumat 5 : Pembagian Jenis Air berdasarkan Penggunaannya dalam Thoharoh



بسم اللّه الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
الحمد لله والصلاة والسلام على وسول الله و بعد.

Para ikhwah fiddin a'aazaniyallahu wa iyyaakum wa akhawat fillah.. Pada halaqoh yang ke-5 ini kita akan membahas tentang pembagian macam-macam air dilihat dari penggunaannya di dalam thaharah. Berkata Muallif (pengarang) رحمه اللّه :
 
ثم المياه على أربعة أقسام
Kemudian pembagian air ada 4 macam.
Pembagian 4 macam ini di dalam mahdzab Syafi'iyyah, dimana 3 macam adalah masyhur di kalangan para fuqoha dan 1 macam khusus di dalam madzhab Syafi'iyyah. Tiga macam yang masyhur di dalam pembagian oleh para fuqoha :
  1. Yang pertama air yang thahuur yaitu air yang suci dan mensucikan, contohnya adalah air hujan.
  2. Kemudian air yang thaahir (air yang suci namun tidak mensucikan), contohnya adalah air teh.
  3. Yang ketiga air yang najis yaitu air yang terkena barang atau benda-benda yang najis.
  4. Kemudian pembagian yang KHUSUS didalam madzhab Syafi'i yaitu air yang thahuur wa makruh, air yang suci dan mensucikan akan tetapi air tersebut makruh untuk digunakan.
Berkata Muallif (pengarang) رحمه اللّه setelah menjelaskan bahwasanya pembagian air ada 4 macam, yang pertama :
 
طاهر ومطهر غير مكروه وهو الماء المطلق
Air yang suci dan mensucikan yang dan dia tidak makruh penggunaannya, maka ini adalah air mutlak.
Para ikhwah fiddin a'aazaniyallaahu wa iyyaakum (semoga Allah memuliakan kita)... Air ini adalah air yang digunakan untuk kita bersuci, air yang dia mengangkat hadats dan menghilangkan najis. Dan dia adalah air mutlak. Dan apa itu air mutlak? Dikatakan para ulama:
 
كل ماء بقي على وصفه التي خلقه الله عليه
Yaitu setiap air yang dia masih tetap pada sifat aslinya yang Allah ciptakan dia.
Yang Allah ciptakan air tersebut maka ini disebut sebagai air mutlak, yaitu setiap air yang dia tetap pada sifat asli yang Allah ciptakan Dia dengannya. Kemudian, atau kita katakan :
 
كل ماء نزل من السماء أو نبع من أرض بدون أن يغيره إستخدام البشر و هذا و ماؤه طهور
Atau setiap air yang dia turun dari langit atau muncul ke permukaan dari bumi dan tidak berubah dengan penggunaan manusia maka ini adalah air yang thahuur (suci dan mensucikan).
Apa yang dimaksud dengan :
 
بقي على أصله القطعه
Yaitu dia tetap pada shifat asalnya.
Yaitu maksudnya adalah tidak berubah 3 sifat asli yang terkait dengan warna, maupun baunya, maupun rasanya.
  • Apabila berubah salah satu saja maka air tersebut berubah dari sifat aslinya sehingga tidak bisa digunakan untuk bersuci.
  • Apabila berubah karena benda yang suci maka dia menjadi air yang suci dan tidak mensucikan.
  • Apabila berubah dikarenakan benda yang najis maka dia menjadi air yang najis yang tidak suci dan tidak mensucikan.
Kemudian perlu diketahui bahwa perubahan air disebabkan benda yang suci ada 2 macam :
  1. Yang pertama yang tidak mungkin dihindari seperti misalnya air sungai yang mengalir di tanah atau di batu kapur atau di permukaan lain yang menyebabkan perubahan warna, bau maupun rasanya. Walaupun berubah akan tetapi air tersebut tetap memiliki predikat thahuur (suci dan mensucikan).
  2. Berbeda apabila perubahan yang kedua yaitu perubahan yang bisa dihindari, seperti air teh, ini bisa dihindari. Maka apabila air kemudian diberi dengan teh dan berubah warna, rasa dan baunya atau salah satunya maka dia menjadi air yang suci namun tidak mensucikan.
Oleh karena itu, air disebut air mutlak adalah air yang apabila kita menyebutkan kepada orang lain "air" maka terbetik di dalam pikirannya air yang dimaksud yaitu air yang masih tetap pada sifat penciptaannya yang pertama kali.
 
Demikian, kita akan lanjutkan pada halaqoh berikutnya tentang pembagian yang ke-2 dari pembagian air.
 
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و صحبه و سلم
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :

Rohmad Adi Siaman


Sumber :
  • Whats App Grup BIAS Group N01-57
  • Tim Materi Bimbingan Islam

HSI 5.45 : Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 2

Di antara hal yang akan ditanyakan Alloh Subhanahu Wa Ta'ala ketika hisab adalah pendengaran, penglihatan dan hati kita. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Isro' : 36

وَلَا تَقۡفُ مَا لَيۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌ‌ۚ إِنَّ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡبَصَرَ وَٱلۡفُؤَادَ كُلُّ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ كَانَ عَنۡهُ مَسۡـُٔولاً۬ 
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak punya ilmunya. Sesungguhnya setiap manusia kelak akan ditanya tentang pendengaran, penglihatan dan hatinya.
Dengan demikian hendaklah seorang muslim menjaga pendengaran, penglihatan dan hatinya dari yang Alloh haramkan. Di antara yang Alloh haramkan adalah perjanjian. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-Isro' : 34

وَأَوۡفُواْ بِٱلۡعَهۡدِ‌ۖ إِنَّ ٱلۡعَهۡدَ كَانَ مَسۡـُٔولاً۬ 
Dan sempurnakanlah perjanjian karena sesungguhnya perjanjian akan ditanyakan.
Dan perjanjian di sini mencakup perjanjian seorang hamba kepada Alloh dan kepada mahluk.Seorang muslim dituntut untuk menyempurnakan janjinya. Di antara hal yang akan ditanyakan adalah tentang amanat yang telah Alloh berikan kepada kita. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,
Setiap kalian adalah penjaga amanat dan setiap kalian akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang imam atau pemimpin negara adalah penjaga amanat dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang bapak adalah penjaga amanat di dala keluarganya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut. Seorang ibu adalah seorang penjaga amanat di dalam rumah suaminya dan dia akan ditanya tentang apa yang dia jaga. Dan seorang pembantu adalah penjaga amanat harta majikannya dan dia akan ditanya tentang amanat tersebut (HR. Bukhari dan Muslim).
Seorang pemimpin mendapat amanat dari Alloh untuk menegakkan hukum-hukum Alloh atas rakyatnya dan berbuat adil. Seorang bapak mendapat amanat untuk memimpin keluarga dan membawa mereka kepada kebaikan serta memberikan hak-hak mereka. Seorang ibu mendapat amanat untuk mengurus rumah tangga, mengurus anak, menasihati suami dan lain-lain. Seorang pembantu mendapat amanat untuk menjaga harta majikannya dan melaksanakan pekerjaan sebagai seorang pembantu.
 
Masing-masing kita hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya apapun peran kita sesuai yang Alloh perintahkan. Baik kita sebagai seorang pemimpin maupun yang dipimpin. Baik sebagai juru dakwah maupun yang didakwahi. Baik sebagai suami maupun seorang istri. Baik sebagai seorang ayah atau ibu maupun anak. Baik sebagai seorang guru ataupun murid dan lain-lain, masing-masing hendaknya melaksanakan amanat dan kewajiban sebaik-baiknya.

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy

HSI 5.44 : Pertanyaan Ketika Hisab Bagian 1

Ketika hisab, Alloh Subhanahu Wa Ta'ala akan berbicara dengan para hamba dengan cara yang sesuai dengan keagungan Alloh. Alloh akan bertanya tentang apa yang sudah mereka lakukan di dunia. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,
Tidaklah di antara kalian kecuali Robbnya akan berbicara kepadanya. Tidak ada antara dia dengan Alloh penerjemah. Dia akan melihat di sebelah kanannya, maka dia tidak akan melihat kecuali amalan yang sudah ia lakukan. Dan melihat sebelah kirinya, maka dia tidak melihat kecuali amalan yang sudah ia lakukan. Dan akan melihat depannya, maka dia tidak melihat kecuali neraka berada di depannya. Maka jagalah diri kalian dari neraka meskipun dengan separuh buah kurma (HR. Bukhari dan Muslim).
Adapun hadits yang berisi bahwasanya ada tiga golongan yang Alloh Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat. Orang yang mengungkit-ungkit pemberian, Orang yang menjual barang dengan sumpah palsu, Orang yang musbil yaitu memanjangkan pakaian di bawah mata kaki, yaitu bagi laki-laki (HR. Muslim).
 
Maka yang dimaksud dalam hadits ini seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama bahwasanya Alloh Subhanahu Wa Ta'ala tidak akan berbicara dengan mereka dalam keadaan ridho. Tapi Alloh Subhanahu Wa Ta'ala akan berbicara kepada mereka dalam keadaan marah.
 
Di antara hal yang ditanyakan di hari kiamat, yang pertama adalah tentang tauhid kita kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala. Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat Al-A'rof : 6

فَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلَّذِينَ أُرۡسِلَ إِلَيۡهِمۡ وَلَنَسۡـَٔلَنَّ ٱلۡمُرۡسَلِينَ 
Maka sungguh kami akan tanya umat yang telah diutus kepada mereka para Rosul. Dan sungguh kami akan tanya para Rosul.
Kita akan ditanya, bagaimana kita akan menjawab ajakan Rosul dan ajakan Rosul yang paling besar adalah Tauhid. Di antara hal yang akan ditanyakan pada hari kiamat adalah kenikmatan yang Alloh berikan kepada kita di dunia. Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam Surat At-Takatsur : 8

ثُمَّ لَتُسۡـَٔلُنَّ يَوۡمَٮِٕذٍ عَنِ ٱلنَّعِيمِ  
Kemudian sungguh-sungguh kalian akan ditanya pada hari itu, tentang kenikmatan.
Di antara kenikmatan tersebut adalah kenikmatan makanan dan minuman bagaimanapun sederhananya di pandangan manusia. Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,
Pertanyaan pertama yang akan ditanyakan kepada seorang hamba pada hari kiamat tentang kenikmatan adalah akan ditanyakan kepadanya, "Bukankan Kami telah menyehatkan badanmu dan memberimu air yang dingin?" (HR. Muslim).
Di dalam hadits yang lain Rosululloh Sholallohu 'Alaihi Wasallam bersabda yang artinya,
Tidak akan bergerak kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat, sampai ditanya tentang umurnya untuk apa dia gunakan, dan ditanya tentang ilmunya apa yang telah dia amalkan, dan akan ditanya tentang hartanya dari mana dia dapatkan dan dalam perkara apa dia gunakan. Dan akan ditanya tentang anggota badannya untuk apa dia gunakan (Hadits Shahih Riwayat Tirmidzi).
Orang yang mensyukuri nikmat tersebut, dialah yang akan selamat. Mensyukuri dengan hati, lisan maupun perbuatan. Hatinya mengakui kenikmatan tersebut, bahwasanya itu adalah dari Alloh, lisannya bersyukur dan memuji kepada Alloh Subhanahu Wa Ta'ala dan dia mempergunakan kenikmatan tersebut di dalam hal yang diperbolehkan oleh Alloh Subhanahu Wa Ta'ala.

Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber : Audio Halaqoh Silsilah Islamiyah bimbingan Ustadz Abdullah Roy

BIAS 12 : Adab-Adab Memberi Salam 3


السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Ikhwan dan akhawat sekalian yang dirahmati اللّه سبحانه وتعالى, kita masuk pada halaqoh yang ke-12, masih berkaitan dengan adab salam. Dari 'Ali رضي اللّه عنه, beliau berkata:
 
قال رسول الله صلّى اللّه عليه وسلّم "لَا تَبْدَؤُوا اَلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى بِالسَّلَامِ, وَإِذَا لَقَيْتُمُوهُمْ فِي طَرِيقٍ, فَاضْطَرُّوهُمْ إِلَى أَضْيَقِهِ"
Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bersabda: Janganlah kalian mulai memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang Nashrani. Dan jika kalian bertemu dengan mereka dijalan maka buatlah mereka tergeser ke jalan yang sempit. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Ikhwan dan akhwat yang dirahmati olehاللّه سبحانه وتعالى, hadits ini dipermasalahkan oleh sebagian orang yang menjelaskan Islam kok demikian, kok mengajarkan sikap keras kepada orang-orang kafir?
 
Sebenarnya hadits ini tidak menjadi masalah karena kita menempatkan dalil-dalil sesuai dengan kondisinya. Ada dalil-dalil yang menunjukkan bagaimana rahmatnya Islam. Dan terlalu banyak dalil yang menunjukkan bagaimana sikap Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم terhadap orang-orang kafir dengan muamalah thayyibah, dengan sikap yang baik dalam rangka untuk mengambil hati mereka.
 
Bahkan terhadap orang yang sangat membenci Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Tatkala meninggal dia tidak punya kain kafan. Maka Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم memberikan baju yang beliau pakai untuk dijadikan kain kafan bagi Abdullah bin 'Ubay bin Salul. Padahal dia adalah gembongnya orang munafiq yang sering menyakiti Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم dan juga keluarga Nabi صلّى اللّه عليه وسلم. Yang telah memimpin untuk menuduh 'Aisyah telah melakukan berzina. Akan tetapi Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم bermuamalah dengan baik dengan dia.
 
Demikian juga Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم bermuamalah baik dengan orang kafir seperti orang Yahudi yang pernah menjadi pembantu Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, maka tatkala sakit, Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم menjenguknya. Dan Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم mendakwahinya dan terlalu banyak dalil bagaimana sikap lemah lembut dari kaum muslimin terhadap orang-orang kafir.
 
Ini bab tentang muamalah maka seseorang berusaha untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir dalam rangka untuk mengambil hati mereka. Tetapi dalam kondisi-kondisi lain, dimana tatkala kondisi menunjukkan Islam harus lebih tinggi, contohnya tatkala melewati suatu jalan maka seorang muslim ketika berjalan ditengah jalan, kemudian ada orang kafir lewat maka jangan kemudian dia minggir kemudian mempersilakan orang kafir, ini menunjukkan kehinaannya dia, tidak. Kita tetap berjalan karena dia berhak untuk jalan ditengah. Dia seorang muslim, maka dia jangan mengalah.
 
Ini cara seorang muslim memiliki 'izzah, memiliki kemuliaan, bukan malah lemah loyo dihadapan semua orang. Dan ini kadang terjadi, misalnya dalam suatu perkumpulan orang muslim malu berbicara, orang kafir terus yang berbicara. Orang muslim tidak enak-tidak enak, orang kafir yang menguasai majlis. Ini tidak benar. Ini saatnya menunjukkan Islam harus memiliki 'izzah, memiliki kemuliaan dihadapan orang-orang kafir.
 
Oleh karenanya bab tentang muamalah hasanah bab tersendiri, adapun bab tatkala seseorang harus menunjukkan keutamaan Islam maka dia harus tunjukkan.
 
Ada beberapa point yang berkaitan dengan hadits ini :
 
Yang pertama, seorang muslim tidak boleh mendahulukan mengucapkan salam kepada Yahudi dan Nashrani. Kenapa? Karena salam itu menunjukkan kemuliaan dan ada do'a, dan yang penting ada do'a. Kalau kita mengucapkan Assalaamu'alaykum berarti kita mendoakan keselamatan bagi dia, dia tidak berhak untuk mendapatkan keselamatan. Dia kafir kepadaاللّه سبحانه وتعالى, dia kafir terhadap Nabi صلّى اللّه عليه وسلّم, dia berbuat kesyirikan, bagaimana kita mengatakan keselamatan bagi kalian. Maka tidak kita berhak, tidak boleh bahkan (bukan cuma tidak berhak), tidak boleh untuk mengucapkan salam dahulu kepada mereka.
 
Akan tetapi kalau mereka yang dahulu memberi salam, maka kita menjawab. Kalau mereka mengucapkan "Assalaamu'alaykum". Kita jawab "Wa'alaykum", demikian juga bagi kalian.
 
Namun para ulama menyebutkan, jika kondisinya ternyata sulit, masa kita bertemu dengan orang-orang kafir kita tidak memberi salam sama sekali. Nanti menunjukkan prasangka buruk kepada kaum muslimin. Maka para ulama (banyak ulama yang membolehkan). Tatkala Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, seperti ulama sekarang Syaikh Albani رحمه اللّه. Jika kita bertemu dengan orang-orang kafir, misalnya mungkin bos kita, mungkin teman kerja kita, rekan kerja kita. Maka kita tidak mengucapkan. "Assalaamu'alaykum", kita menggunakan kata-kata salam yang lain, seperti kita mengatakan selamat pagi, bagaimana kondisimu?, good morning, seperti itu tidak jadi masalah, yang penting tidak ada do'a (Assalaamu'alaykum itu do'a) yang tidak pantas untuk diberikan kepada orang-orang yang musyrik dan kafir kepada اللّه juga kafir kepada Rasulullah صلّى اللّه عليه وسلّم.
 
Demikian para ikhwan dan akhwat yang dirahmatiاللّه سبحانه وتعالى. Apa yang bisa kita sampaikan pada halaqoh ke-12, akan lanjutkan pada halaqoh berikutnya.
 
Wabillahit taufiq.
 
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :


Rohmad Adi Siaman


Sumber :
  • Whats App Grup BIAS Group N01-57
  • Transkrip oleh Tim Materi Bimbingan Islam