GDP mengukur total output barang dan jasa suatu negara dan pendapatan
totalnya. Sumber dan penggunaan GDP tergambar dalam bagan alir dibawah
ini:
A. Apa Yang Menentukan Produksi Barang Dan Jasa Total?
Output barang dan jasa suatu perekonomian,
dalam hal ini GDP bergantung pada:
( ( 1) jumlah input, disebut faktor-faktor produksi
(2) kemampuan untuk mengubah input menjadi output,
disebut fungsi produksi
Faktor Produksi
Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dua faktor produksi yang paling penting adalah :
·
Modal
(K) >> seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, contohnya
komputer untuk penulis, kalkulator untuk akuntan. Dinyatakan dalam simbol K
·
Tenaga
Kerja (L)
>> waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja.
Dengan anggapan faktor produksi sudah baku, maka asumsi perekonomian
memiliki sejumlah modal tetap dan sejumlah tenaga kerja tetap. Dinyatakan sebagai berikut:
Garis datar diatas menunjukan bahwa setiap variabel tetap. Dengan
asumsi bahwa faktor-faktor produksi digunakan sepenuhnya.
Fungsi Produksi
Fungsi
produksi dinyatakan dalam persamaan: Y = F ( K , L ). Persamaan ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah modal
dan tenaga kerja. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah
modal dan tenaga kerja menjadi output. Penemuan cara yang lebih baik dalam
memproduksi barang, menghasilkan output lebih banyak, dengan jumlah modal dan tenaga
kerja adalah tetap.
Banyak fungsi produksi memiliki sifat yang disebut skala hasil konstan
(constant returns to scale). Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika
peningkatan presentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan
peningkatan output dalam presentase yang sama.
Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika: zY = F ( zK,
zL ) untuk semua angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita
mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga
dikalikan dengan z.
Penawaran Barang dan Jasa
Faktor produksi dan fungsi
produksi bersama-sama menentukan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, yang
sama dengan output perekonomian. Dapat dinyatakan secara matematis sebagai
berikut :
B.
Bagaimana
Pendapatan Nasional Didistribusikan Ke Faktor-Faktor Produksi?
Faktor produksi dan fungsi produksi menentukan jumlah output barang dan
jasa, juga menentukan pendapatan nasional.
Teori modern tentang bagaimana pendapatan nasional dibagi di antara faktor-faktor
produksi. Teori ini didasarkan pada pemikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga
disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang disini
diterapkan pada pasar faktor produksi, bersama dengan pemikiran yang lebih baru
(abad ke-19) bahwa permintaan atas setiap faktor produksi tergantung pada
produktivitas marjinal faktor produksi tersebut. Teori ini, sering disebut
teori distribusi neoklasik.
Harga faktor produksi
Harga faktor produksi adalah jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi.
Dua harga faktor produksi adalah upah (wage) yang diterima para pekerja dan
sewa (rent) yang dikumpulkan oleh para pemilik modal.
Asumsi faktor-faktor produksi adalah tetap, perpotongan kurva
permintaan faktor berbentuk miring ke bawah dan kurva penawaran tegak lurus,
karena penawaran adalah tetap.
Harga yang dibayar ke tiap faktor
produksi bergantung pada penawaran dan
permintaan terhadap faktor tersebut. Karena kita mengasumsikan penawaran adalah tetap, kurva
penawaran berupa garis vertikal. Kurva permintaan
menurun landai. Perpotongan penawaran dan permintaanmenentukan harga faktor
produksi ekuilibrium.
Keputusan-Keputusan yang Dihadapi Perusahaan
Kompetitif
Perusahaan kompetitif (competitive firm) relatif kecil ukurannya
terhadap pasar dimana perdagangan berlangsung, sehingga memiliki pengaruh kecil
terhadap pasar. Karena perusahaan kompetitif menetapkan harga output dan
inputnya sebagaimana telah ditentukan.
Untuk mendapatkan produknya, perusahaan memerlukan dua faktor produksi,
modal dan tenaga kerja. Sebagaimana kita lakukan untuk perekonomian agregat,
kita tunjukkan teknologi produksi perusahaan itu dengan fungsi produksi
Y = F ( K , L )
dimana
Y adalah jumlah unit yang
diproduksi (output perusahaan)
K adalah jumlah mesin
yang digunakan (jumlah modal)
L adalah jumlah jam kerja
(jumlah tenaga kerja)
Perusahaan itu memproduksi lebih banyak output jika memiliki lebih
banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama.
Perusahaan itu menjual outputnya pada harga P, menggunakan pekerja pada
upah W, dan menyewa modal pada bunga R.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan dikurangi
biaya-penerimaan yang diperoleh pemilik perusahaan setelah membayar biaya
produksi. Dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Laba = Penerimaan – Biaya Tenaga Kerja – Biaya
Modal
= ( P x Y ) – ( W x L ) – ( R x K )
Laba bergantung pada faktor
produksi, Y diganti dengan faktor produksi:
Laba = P F(K,L) – WL – RK
Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa laba tergantung pada harga
produk P, harga faktor produksi W dan L, dan jumlah faktor produksi L, dan K.
Perusahaan kompetitif menggunakan harga produk dan harga faktor produksi yang
sudah ditentukan serta memilih jumlah tenaga kerja dan modal yang memaksimalkan
laba.
Permintaan Perusahaan terhadap Faktor-Faktor
Produksi
Perusahaan menggunakan tenaga kerja dan modal dalam jumlah yang akan
memaksimalkan laba.
Produk Marjinal Tenaga Kerja
Jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga
kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap. Dinyatakan dalam
fungsi:
MPL = F (K, L + 1) – F (K, L)
Persamaan ini menyatakan bahwa produk marjinal tenaga kerja adalah
perbedaan antara jumlah output yang diproduksi dengan L + 1 unit tenaga kerja
dan jumlah yang diproduksi hanya dengan L unit tenaga kerja.Kebanyakan fungsi
produksi memiliki sifat produk marjinal yang semakin menurun (diminishing
marginal product)
Dari Produk
Marjinal Tenaga Kerja ke Permintaan Tenaga Kerja
Keputusan untuk menambah tenaga kerja adalah membandingkan penerimaan
ekstra dari kenaikan produksi yang dihasilkan tambahan tenaga kerja. Penerimaan
dari tenaga kerja tambahan adalah MPL x P. Dinyatakan dalam persamaan:
DLaba = DPenerimaan - DBiaya
=
(P x MPL) - W
Bila P x MPL > W Ã tambahan unit tenaga
kerja akan meningkatkan laba
Bila P x MPL = W Ã perusahaan tidak akan menambah tenaga kerja lagi. Permintaan
perusahaan terhadap tenaga kerja ditentukan dengan:
P x MPL = W dapat dituliskan dengan MPL = W /
P
W/P adalah upah riil (real wage). Untuk memaksimalkan laba, perusahaan
terus menarik tenaga kerja sampai pada titik dimana produk marjinal tenaga
kerja sama dengan upah riil.
adalah jumlah output
tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan, dengan
mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap konstan:
MPK = F (K + 1, L) – F (K, L)
Kenaikan laba dari menyewa mesin tambahan adalah penerimaan tambahan
dari menjual output mesin tersebut dikurangi harga sewa mesin:
DLaba = DPenerimaan - DBiaya
=
(P x MPK) - R
Untuk memaksimalkan laba, perusahaan terus menggunakan lebih banyak
modal hingga MPK turun sama dengan harga sewa riil
MPK = R/P
Pembagian Pendapatan Nasional
Dengan asumsi perusahaan dalam perekonomian adalah kompetitif dan
memaksimalkan laba, maka setiap faktor produksi dibayar berdasarkan kontribusi
marjinalnya pada proses produksi.
Maka upah riil total yang dibayar ke tenaga kerja adalah MPL x L
Dan pengembalian riil total yang dibayarkan ke pemilik modal adalah MPK
x K.
Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor
produksi adalah laba ekonomis (economic profit) dari para pemilik
perusahaan.Laba ekonomis riil adalah:
Laba ekonomis = Y – (MPL x L) – (MPK x K)
Untuk menghitung Y,
persamaan diatas diubah menjadi:
Y = (MPL x L) + (MPK x K) + Laba ekonomis
Dengan skala hasil konstan, maka laba ekonomis harus sama dengan nol.
Sesuai dengan teorema Euler, yang menyatakan bahwa jika fungsi produksi
memiliki skala hasil konstan maka:
F (K, L) = (MPK x K) + (MPL x L)
Jika setiap faktor
produksi dibayar pada produk marjinalnya, maka jumlah pembayaran faktor ini
sama dengan output total.
Bila pemilik modal dan pemilik perusahaan adalah orang yang sama, maka
laba ekonomis dan pengembalian modal (return to capital) disatukan, jika
disebut sebagai laba akuntansi, maka:
Laba akuntansi = Laba ekonomis + (MPK x K)
Jika asumsi ini mendekati gambaran duniat nyata, maka “laba” dalam pos
pendapatan nasional seharusnya menjadi pengembalian modal.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Pembagian pendapatan nasional di antara modal dan tenaga kerja tetap
konstan dalam periode jangka panjang.
Pendapatan Modal = MPK x K = a Y
dan
Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1 - a)Y
a adalah konstanta antara
nol dan satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan.
Fungsi produksi Cobb
Douglas adalah
F (K, L) = A Ka L1- a
A adalah parameter yang
lebih besar dari nol untuk mengukur bagian modal dari pendapatan.
MPL = (1 - a) A Ka L1- a
MPK = a A Ka L1- a
Kenaikan MPL akan mengurangi MPK, demikian juga sebaliknya.
Perkembangan teknologi yang meningkatkan parameter A membuat produk marjinal
kedua faktor produksi naik secara proporsional.
MPL = (1 - a) Y / L
MPK = a Y / K
Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K disebut
produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah Cobb Douglas, maka
produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas
rata-ratanya.
Teori dan sejarah menunjukkan adanya kaitan yang erat antara
produktivitas tenaga kerja dan upah riil.
C.
Apa Yang
Menentukan Permintaan Terhadap Barang Dan Jasa
Dengan asumsi
perekonomian tertutup, terdapat 3 komponen GDP, menunjukkan tiga penggunaan
barang dan jasa yang dihasilkan.
Y = C + I + G
Konsumsi
Seluruh bentuk konsumsi
bersama-sama membentuk duapertiga GDP.
Rumah tangga menerima
pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang mereka miliki, membayar pajak, dan
keputusan untuk menabung dan untuk dikonsumsi.
Pendapatan disposable
(Disposable income), adalah pendapatan setelah pajak, Y – T. Dengan asumsi
tingkat konsumsi bergantung secara langsung pada pendapatan disposable, semakin
tinggi disposable income, semakin tinggi konsumsi, maka:
C = C (Y – T)
Konsumsi adalah fungsi
dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut
fungsi konsumsi.
Marginal Propensity to
Consume (Kecenderungan mengkonsumsi marjinal) / MPC adalah jumlah perubahan
konsumsi ketika pendapatan disposabe meningkat sampai satu satuan unit moneter.
Nilai MPC diantara nol dan satu.
Investasi
Investasi dilakukan dengan membeli barang yang diharapkan akan
menghasilkan barang lain.
Jumlah barang-barang modal yang diminta tergantung pada tingkat bunga
yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai invetasi. Agar proyek investasi menguntungkan, hasilnya
harus melebihi biayanya. Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit proyek
investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta
akan turun.
Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang
biasa dilaporkan; tingkat bunga yang dibayar investor untuk meminjam uang.
Tingkat bunga riil (real interest rate) adalah tingkat bunga nominal
yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi; mengukur biaya pinjaman
yang sebenarnya, membantu menentukan jumlah investasi.
I pada tingkat bunga riil r
: I = I ( r )
Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga
dari permintaan terhadap barang dan jasa. Pengeluaran epemerintah adalah
pembelian dan pembayaran transfer ke rumah tangga. Pembayaran transfer
mempengaruhi permintaan barang dan jasa secara langsung, merupakan lawan dari
pajak maka meningkatkan disposable income rumah tangga.
Pemerintah memiliki anggaran berimbang G = T. dengan asumsi pembelian
pemerintah adalah variable eksogen. Untuk menyatakan variable adalah tetap di
luar model pendapatan nasional , dapat ditulis:
D. Apa Yang Membuat Permintaan Dan Penawaran Terhadap Barang Dan Jasa Ke
Dalam Ekuilibrium?
Ekuilibrium di Pasar Barang dan Jasa: Penawaran dan
Permintaan terhadap Output Perekonomian
Y = C + I + G
C = C (Y – T)
menggabungkan persamaan menjelaskan penawaran dan permintaan terhadap
output. Jika kita mengganti fungsi konsumsi dan fungsi investasi menjadi
identitas pendapatan nasional, didapatkan:
Y = C (Y-T) + I (r ) + G.
Karena variable G dan T ditetapkan oleh kebijakan, dan tingkat output Y
ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi, maka dituliskan:
Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran outpur sama dengan
permintaannya, yang merupakan jumlah konsumsi, investasi, dan pembelian
pemerintah. Tingkat bunga r adalah satu-satunya variable yang ditentukan,
karena tingkat bunga masih memaikan peran penting: tingkat bunga harus
disesuaikan untuk menjamin bahwa permintaan terhadap barang dan jasa sama
dengan penawarannya.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah investasi, karenanya
permintaan barang dan jasa semakin rendah. Demikian sebaliknya.
Pada tingkat bunga ekuilibrium, permintaan untuk barang dan jasa sama
dengan penawarannya.
Ekuilibrium di Pasar Uang:
Penarawan dan Permintaan terhadap Dana Pinjaman
Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian karena
meminjamkan dana ke pasar keuangan. Identitas pos pendapatan nasional :
Y – C – G = I
Y – C – G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan
pemerintah dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional (national saving)
atau ringkasnya tabungan (saving, S). Dalam bentuk ini, identitas pos
pendapatan nasional menunjukkan bahwa
tabungan sama dengan investasi, I = S
Tabungan nasional bisa dipecah menjadi 2 – satu bagian tabungan sector
swasta dan bagian lainnya tabungan pemerintah
S = (Y – T – G) + (T – G)
= I
(Y – T – C) adalah disposable income dikurangi konsumsi, merupakan
tabungan swasta
(T – G) adalah penerimaan pemerintah dikurangi pengeluaran pemerintah,
yaitu tabungan publik
Persamaan ini menyatakan bahwa aliran ke pasar keuangan (tabungan
swasta dan tabungan publik) harus menyeimbangkan arus keluar dari pasar
keuangan (investasi).
Dengan substitusi fungsi konsumsi dan fungsi investasi, maka:
Y – C (Y – T) – G = I (r
)
Dengan G dan T ditetapkan oleh kebijakan serta Y di tetapkan oleh faktor-faktor
produksi dan fungsi produksi
Sisi kiri persamaan menunjukkan bahwa tabungan nasional bergantung pada
pendapatan Y dan variable kebijakan fiscal G dan T. Untuk nilai Y, G dan T,
tabungan nasional S juga tetap.
Dari gambar, mirip dengan kurva penawaran dan permintaan barang
tertentu, dapat diinterpretasikan barang adalah dana pinjaman (loanable funds)
dan harga adalah tingkat bunga.
Pada tingkat bunga ekuilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung
seimbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana
pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.
Perubahan dalam Tabungan: Dampak Kebijakan Fiskal
Peningkatan
Pembelian Pemerintah
Kenaikan pembelian pemerintah DG, dampak langsung adalah
meningkatkan permintaan barang dan jasa sebesar DG. Karena output total
adalah tetap, disposable income (Y – T) tidak berubah, konsumsi C tidak
berubah, maka harus dipenuhi dengan penurunan investasi sebesar DG. Agar investasi turun, tingkat bunga harus dinaikkan. Pembelian
pemerintah disebut crowd out investasi.
Peningkatan pengeluaran Pemerintah didanai dengan meminjang, yaitu
mengurangi tabungan publik, karena tabungan publik tidak berubah maka pinjaman
pemerintah ini akan mengurangi tabungan nasional.
Penurunan pajak DT, dampak langsung adalah peningkatan disposable income/konsumsi.
Disposable income naik sebesar DT, maka konsumsi naik
sebesar DT dikali MPC.
Karena output total tetap, G tidak berubah, harus dipenuhi dengan
penurunan investasi sebesar DT. Penurunan pajak, seperti peningkatan pembelian pemerintah disebut
crowd out investasi.
Perubahan Penerimaan Investasi
Permintaan inestasi ditingkatkan melalui inovasi teknologi, kebijakan
pemerintah melalui undang-undang pajak.
Dalam bab ini mengembangkan model yang menjelaskan produksi,
distribusi, dan alokasi output barang dan jasa perekonomian.
Model ini didasarkan pada asumsi klasik bahwa harga menyesuaikan untuk
menyeimbangkan penawaran dan permintan.
Model ini, harga faktor produksi menyeimbangkan pasar faktor produksi
dan tingkat bunga menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap barang dan
jasa, model ini disebut model ekuilibrium umum.
Model ini menjelaskan bagaimana pendapatan dibagi di antara faktor-faktor
produksi dan harga faktor bergantung pada penawaran faktor.
Menjelaskan bagaimana kebijakan fiscal mengubah alokasi output diantara
penggunaan alternatifnya – konsumsi, investasi dan pembelian pemerintah.


