Resume Macroeconomics 7th Mankiw Chapter 3: Pendapatan Nasional Dari Mana Berasal dan Kemana Perginya

GDP mengukur total output barang dan jasa suatu negara dan pendapatan totalnya. Sumber dan penggunaan GDP tergambar dalam bagan alir dibawah ini:



A.     Apa Yang Menentukan Produksi Barang Dan Jasa Total?

Output barang dan jasa suatu perekonomian, dalam hal ini GDP bergantung pada:
(     ( 1)   jumlah input, disebut faktor-faktor produksi
      (2)   kemampuan untuk mengubah input menjadi output, disebut fungsi produksi

Faktor Produksi
Faktor produksi adalah input yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa.
Dua faktor produksi yang paling penting adalah :
·         Modal (K) >> seperangkat sarana yang dipergunakan oleh para pekerja, contohnya komputer untuk penulis, kalkulator untuk akuntan. Dinyatakan dalam simbol K
·         Tenaga Kerja (L) >> waktu yang dihabiskan orang untuk bekerja.
Dengan anggapan faktor produksi sudah baku, maka asumsi perekonomian memiliki sejumlah modal tetap dan sejumlah tenaga kerja tetap. Dinyatakan sebagai berikut:

                              
Garis datar diatas menunjukan bahwa setiap variabel tetap. Dengan asumsi bahwa faktor-faktor produksi digunakan sepenuhnya.

Fungsi Produksi
Fungsi produksi dinyatakan dalam persamaan: Y = F ( K , L ). Persamaan ini menyatakan bahwa output adalah fungsi dari sejumlah modal dan tenaga kerja. Fungsi produksi mencerminkan teknologi yang digunakan untuk mengubah modal dan tenaga kerja menjadi output. Penemuan cara yang lebih baik dalam memproduksi barang, menghasilkan output lebih banyak, dengan jumlah modal dan tenaga kerja adalah tetap.
Banyak fungsi produksi memiliki sifat yang disebut skala hasil konstan (constant returns to scale). Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika peningkatan presentase yang sama dalam seluruh faktor-faktor produksi menyebabkan peningkatan output dalam presentase yang sama.
Fungsi produksi memiliki skala hasil konstan jika: zY = F ( zK, zL ) untuk semua angka positif z. Persamaan ini menyatakan bahwa jika kita mengalikan jumlah modal dan jumlah tenaga kerja dengan angka z, output juga dikalikan dengan z.

Penawaran Barang dan Jasa
Faktor produksi dan fungsi produksi bersama-sama menentukan jumlah barang dan jasa yang ditawarkan, yang sama dengan output perekonomian. Dapat dinyatakan secara matematis sebagai berikut :

B.      Bagaimana Pendapatan Nasional Didistribusikan Ke Faktor-Faktor Produksi?
Faktor produksi dan fungsi produksi menentukan jumlah output barang dan jasa, juga menentukan pendapatan nasional.
Teori modern tentang bagaimana pendapatan nasional dibagi di antara faktor-faktor produksi. Teori ini didasarkan pada pemikiran klasik (abad ke-18) bahwa harga disesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan, yang disini diterapkan pada pasar faktor produksi, bersama dengan pemikiran yang lebih baru (abad ke-19) bahwa permintaan atas setiap faktor produksi tergantung pada produktivitas marjinal faktor produksi tersebut. Teori ini, sering disebut teori distribusi neoklasik.

Harga faktor produksi
Harga faktor produksi adalah jumlah yang dibayar ke faktor-faktor produksi. Dua harga faktor produksi adalah upah (wage) yang diterima para pekerja dan sewa (rent) yang dikumpulkan oleh para pemilik modal.
Asumsi faktor-faktor produksi adalah tetap, perpotongan kurva permintaan faktor berbentuk miring ke bawah dan kurva penawaran tegak lurus, karena penawaran adalah tetap.
Harga yang dibayar ke tiap faktor produksi bergantung pada penawaran dan permintaan terhadap faktor tersebut. Karena kita mengasumsikan penawaran adalah tetap, kurva penawaran berupa garis vertikal. Kurva permintaan menurun landai. Perpotongan penawaran dan permintaanmenentukan harga faktor produksi ekuilibrium.


Keputusan-Keputusan yang Dihadapi Perusahaan Kompetitif
Perusahaan kompetitif (competitive firm) relatif kecil ukurannya terhadap pasar dimana perdagangan berlangsung, sehingga memiliki pengaruh kecil terhadap pasar. Karena perusahaan kompetitif menetapkan harga output dan inputnya sebagaimana telah ditentukan.
Untuk mendapatkan produknya, perusahaan memerlukan dua faktor produksi, modal dan tenaga kerja. Sebagaimana kita lakukan untuk perekonomian agregat, kita tunjukkan teknologi produksi perusahaan itu dengan fungsi produksi
Y = F ( K , L )
dimana
Y adalah jumlah unit yang diproduksi (output perusahaan)
K adalah jumlah mesin yang digunakan (jumlah modal)
L adalah jumlah jam kerja (jumlah tenaga kerja)
Perusahaan itu memproduksi lebih banyak output jika memiliki lebih banyak mesin atau jika pekerjanya bekerja lebih lama.
Perusahaan itu menjual outputnya pada harga P, menggunakan pekerja pada upah W, dan menyewa modal pada bunga R.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba adalah penerimaan dikurangi biaya-penerimaan yang diperoleh pemilik perusahaan setelah membayar biaya produksi. Dapat dinyatakan dalam persamaan sebagai berikut:
Laba = Penerimaan – Biaya Tenaga Kerja – Biaya Modal
           = ( P x Y ) – ( W x L ) – ( R x K )
Laba bergantung pada faktor produksi, Y diganti dengan faktor produksi:
Laba = P F(K,L) – WL – RK
Dari persamaan ini dapat diketahui bahwa laba tergantung pada harga produk P, harga faktor produksi W dan L, dan jumlah faktor produksi L, dan K. Perusahaan kompetitif menggunakan harga produk dan harga faktor produksi yang sudah ditentukan serta memilih jumlah tenaga kerja dan modal yang memaksimalkan laba.
Permintaan Perusahaan terhadap Faktor-Faktor Produksi
Perusahaan menggunakan tenaga kerja dan modal dalam jumlah yang akan memaksimalkan laba.
Produk Marjinal Tenaga Kerja
Jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari satu unit tenaga kerja tambahan, dengan mempertahankan jumlah modal tetap. Dinyatakan dalam fungsi:
MPL = F (K, L + 1) – F (K, L)
Persamaan ini menyatakan bahwa produk marjinal tenaga kerja adalah perbedaan antara jumlah output yang diproduksi dengan L + 1 unit tenaga kerja dan jumlah yang diproduksi hanya dengan L unit tenaga kerja.Kebanyakan fungsi produksi memiliki sifat produk marjinal yang semakin menurun (diminishing marginal product)

Dari  Produk Marjinal Tenaga Kerja ke Permintaan Tenaga Kerja
Keputusan untuk menambah tenaga kerja adalah membandingkan penerimaan ekstra dari kenaikan produksi yang dihasilkan tambahan tenaga kerja. Penerimaan dari tenaga kerja tambahan adalah MPL x P. Dinyatakan dalam persamaan:
DLaba = DPenerimaan  -  DBiaya
                                    = (P x MPL)   -   W
Bila P x MPL > W à tambahan unit tenaga kerja akan meningkatkan laba
Bila P x MPL = W à perusahaan tidak akan menambah tenaga kerja lagi. Permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja ditentukan dengan:
P x MPL = W dapat dituliskan dengan MPL = W / P
W/P adalah upah riil (real wage). Untuk memaksimalkan laba, perusahaan terus menarik tenaga kerja sampai pada titik dimana produk marjinal tenaga kerja sama dengan upah riil.

Produk Marjinal Modal (MPK) dan Permintaan Modal
adalah jumlah output tambahan yang diperoleh perusahaan dari unit modal tambahan, dengan mempertahankan jumlah tenaga kerja tetap konstan:
MPK = F (K + 1, L) – F (K, L)
Kenaikan laba dari menyewa mesin tambahan adalah penerimaan tambahan dari menjual output mesin tersebut dikurangi harga sewa mesin:
DLaba = DPenerimaan  -  DBiaya
                                    = (P x MPK)   -   R
Untuk memaksimalkan laba, perusahaan terus menggunakan lebih banyak modal hingga MPK turun sama dengan harga sewa riil
MPK = R/P
Pembagian Pendapatan Nasional
Dengan asumsi perusahaan dalam perekonomian adalah kompetitif dan memaksimalkan laba, maka setiap faktor produksi dibayar berdasarkan kontribusi marjinalnya pada proses produksi.
Maka upah riil total yang dibayar ke tenaga kerja adalah MPL x L
Dan pengembalian riil total yang dibayarkan ke pemilik modal adalah MPK x K.
Pendapatan yang tersisa setelah perusahaan membayar faktor-faktor produksi adalah laba ekonomis (economic profit) dari para pemilik perusahaan.Laba ekonomis riil adalah:
Laba ekonomis = Y – (MPL x L) – (MPK x K)
Untuk menghitung Y, persamaan diatas diubah menjadi:
Y = (MPL x L) + (MPK x K) + Laba ekonomis
Dengan skala hasil konstan, maka laba ekonomis harus sama dengan nol. Sesuai dengan teorema Euler, yang menyatakan bahwa jika fungsi produksi memiliki skala hasil konstan maka:
F (K, L) = (MPK x K) + (MPL x L)
Jika setiap faktor produksi dibayar pada produk marjinalnya, maka jumlah pembayaran faktor ini sama dengan output total.
Bila pemilik modal dan pemilik perusahaan adalah orang yang sama, maka laba ekonomis dan pengembalian modal (return to capital) disatukan, jika disebut sebagai laba akuntansi, maka:
Laba akuntansi = Laba ekonomis + (MPK x K)
Jika asumsi ini mendekati gambaran duniat nyata, maka “laba” dalam pos pendapatan nasional seharusnya menjadi pengembalian modal.
Fungsi Produksi Cobb-Douglas
Pembagian pendapatan nasional di antara modal dan tenaga kerja tetap konstan dalam periode jangka panjang.
Pendapatan Modal = MPK x K = a Y
dan
Pendapatan Tenaga Kerja = MPL x L = (1 - a)Y
a adalah konstanta antara nol dan satu yang mengukur bagian modal dari pendapatan.
Fungsi produksi Cobb Douglas adalah
F (K, L) = A Ka  L1- a
A adalah parameter yang lebih besar dari nol untuk mengukur bagian modal dari pendapatan.
MPL = (1 - a) A Ka  L1- a
MPK  = a A Ka  L1- a
Kenaikan MPL akan mengurangi MPK, demikian juga sebaliknya. Perkembangan teknologi yang meningkatkan parameter A membuat produk marjinal kedua faktor produksi naik secara proporsional.
MPL = (1 - a) Y / L
MPK = a Y / K
Y/L disebut produktivitas tenaga kerja rata-rata dan Y/K disebut produktivitas modal rata-rata. Jika fungsi produksi adalah Cobb Douglas, maka produktivitas marjinal sebuah faktor proporsional terhadap produktivitas rata-ratanya.
Teori dan sejarah menunjukkan adanya kaitan yang erat antara produktivitas tenaga kerja dan upah riil.
C.        Apa Yang Menentukan Permintaan Terhadap Barang Dan Jasa
Dengan asumsi perekonomian tertutup, terdapat 3 komponen GDP, menunjukkan tiga penggunaan barang dan jasa yang dihasilkan.
Y = C + I + G
Konsumsi
Seluruh bentuk konsumsi bersama-sama membentuk duapertiga GDP.
Rumah tangga menerima pendapatan dari tenaga kerja dan modal yang mereka miliki, membayar pajak, dan keputusan untuk menabung dan untuk dikonsumsi.
Pendapatan disposable (Disposable income), adalah pendapatan setelah pajak, Y – T. Dengan asumsi tingkat konsumsi bergantung secara langsung pada pendapatan disposable, semakin tinggi disposable income, semakin tinggi konsumsi, maka:
C = C (Y – T)
Konsumsi adalah fungsi dari disposable income. Hubungan antara konsumsi dan disposable income disebut fungsi konsumsi.
Marginal Propensity to Consume (Kecenderungan mengkonsumsi marjinal) / MPC adalah jumlah perubahan konsumsi ketika pendapatan disposabe meningkat sampai satu satuan unit moneter. Nilai MPC diantara nol dan satu.
Investasi
Investasi dilakukan dengan membeli barang yang diharapkan akan menghasilkan barang lain.
Jumlah barang-barang modal yang diminta tergantung pada tingkat bunga yang mengukur biaya dari dana yang digunakan untuk membiayai invetasi.  Agar proyek investasi menguntungkan, hasilnya harus melebihi biayanya. Jika suku bunga meningkat, lebih sedikit proyek investasi yang menguntungkan, dan jumlah barang-barang investasi yang diminta akan turun.
Tingkat bunga nominal (nominal interest rate) adalah tingkat bunga yang biasa dilaporkan; tingkat bunga yang dibayar investor untuk meminjam uang.
Tingkat bunga riil (real interest rate) adalah tingkat bunga nominal yang dikoreksi untuk menghilangkan pengaruh inflasi; mengukur biaya pinjaman yang sebenarnya, membantu menentukan jumlah investasi.
I pada tingkat bunga riil r  :     I = I ( r )


Pembelian Pemerintah
Pembelian pemerintah atau belanja pemerintah adalah komponen ketiga dari permintaan terhadap barang dan jasa. Pengeluaran epemerintah adalah pembelian dan pembayaran transfer ke rumah tangga. Pembayaran transfer mempengaruhi permintaan barang dan jasa secara langsung, merupakan lawan dari pajak maka meningkatkan disposable income rumah tangga.
Pemerintah memiliki anggaran berimbang G = T. dengan asumsi pembelian pemerintah adalah variable eksogen. Untuk menyatakan variable adalah tetap di luar model pendapatan nasional , dapat ditulis:
D.       Apa Yang Membuat Permintaan Dan Penawaran Terhadap Barang Dan Jasa Ke Dalam Ekuilibrium?
Ekuilibrium di Pasar Barang dan Jasa: Penawaran dan Permintaan terhadap Output Perekonomian
Y = C + I + G
C = C (Y – T)
I = I ( r )
Fungsi produksi
menggabungkan persamaan menjelaskan penawaran dan permintaan terhadap output. Jika kita mengganti fungsi konsumsi dan fungsi investasi menjadi identitas pendapatan nasional, didapatkan:
Y = C (Y-T) + I (r ) + G.
Karena variable G dan T ditetapkan oleh kebijakan, dan tingkat output Y ditetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi, maka dituliskan:
Persamaan ini menyatakan bahwa penawaran outpur sama dengan permintaannya, yang merupakan jumlah konsumsi, investasi, dan pembelian pemerintah. Tingkat bunga r adalah satu-satunya variable yang ditentukan, karena tingkat bunga masih memaikan peran penting: tingkat bunga harus disesuaikan untuk menjamin bahwa permintaan terhadap barang dan jasa sama dengan penawarannya.
Semakin tinggi tingkat bunga, semakin rendah investasi, karenanya permintaan barang dan jasa semakin rendah. Demikian sebaliknya.
Pada tingkat bunga ekuilibrium, permintaan untuk barang dan jasa sama dengan penawarannya.
Ekuilibrium di Pasar Uang:
Penarawan dan Permintaan terhadap Dana Pinjaman
Tingkat bunga merupakan biaya pinjaman dan pengembalian karena meminjamkan dana ke pasar keuangan. Identitas pos pendapatan nasional :
Y – C – G = I
Y – C – G adalah output yang tersisa setelah permintaan konsumen dan pemerintah dipenuhi, inilah yang disebut tabungan nasional (national saving) atau ringkasnya tabungan (saving, S). Dalam bentuk ini, identitas pos pendapatan nasional  menunjukkan bahwa tabungan sama dengan investasi, I = S
Tabungan nasional bisa dipecah menjadi 2 – satu bagian tabungan sector swasta dan bagian lainnya tabungan pemerintah
S = (Y – T – G) + (T – G) = I
(Y – T – C) adalah disposable income dikurangi konsumsi, merupakan tabungan swasta
(T – G) adalah penerimaan pemerintah dikurangi pengeluaran pemerintah, yaitu tabungan publik
Persamaan ini menyatakan bahwa aliran ke pasar keuangan (tabungan swasta dan tabungan publik) harus menyeimbangkan arus keluar dari pasar keuangan (investasi).
Dengan substitusi fungsi konsumsi dan fungsi investasi, maka:
Y – C (Y – T) – G = I (r )
Dengan G dan T ditetapkan oleh kebijakan serta Y di tetapkan oleh faktor-faktor produksi dan fungsi produksi

Sisi kiri persamaan menunjukkan bahwa tabungan nasional bergantung pada pendapatan Y dan variable kebijakan fiscal G dan T. Untuk nilai Y, G dan T, tabungan nasional S juga tetap.
Sisi kanan persamaan menunjukkan bahwa investasi bergantung pada tingkat bunga.
Dari gambar, mirip dengan kurva penawaran dan permintaan barang tertentu, dapat diinterpretasikan barang adalah dana pinjaman (loanable funds) dan harga adalah tingkat bunga.
Pada tingkat bunga ekuilibrium, hasrat rumah tangga untuk menabung seimbang dengan hasrat perusahaan untuk menanamkan modal dan jumlah dana pinjaman yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.

Perubahan dalam Tabungan: Dampak Kebijakan Fiskal
Peningkatan Pembelian Pemerintah
Kenaikan pembelian pemerintah DG, dampak langsung adalah meningkatkan permintaan barang dan jasa sebesar DG. Karena output total adalah tetap, disposable income (Y – T) tidak berubah, konsumsi C tidak berubah, maka harus dipenuhi dengan penurunan investasi sebesar DG. Agar investasi turun, tingkat bunga harus dinaikkan. Pembelian pemerintah disebut crowd out investasi.
Peningkatan pengeluaran Pemerintah didanai dengan meminjang, yaitu mengurangi tabungan publik, karena tabungan publik tidak berubah maka pinjaman pemerintah ini akan mengurangi tabungan nasional.


Penurunan Pajak
Penurunan pajak DT, dampak langsung adalah peningkatan disposable income/konsumsi. Disposable income naik sebesar DT, maka konsumsi naik sebesar DT dikali MPC.
Karena output total tetap, G tidak berubah, harus dipenuhi dengan penurunan investasi sebesar DT. Penurunan pajak, seperti peningkatan pembelian pemerintah disebut crowd out investasi.
Perubahan Penerimaan Investasi
Permintaan inestasi ditingkatkan melalui inovasi teknologi, kebijakan pemerintah melalui undang-undang pajak.
Dalam bab ini mengembangkan model yang menjelaskan produksi, distribusi, dan alokasi output barang dan jasa perekonomian.
Model ini didasarkan pada asumsi klasik bahwa harga menyesuaikan untuk menyeimbangkan penawaran dan permintan.
Model ini, harga faktor produksi menyeimbangkan pasar faktor produksi dan tingkat bunga menyeimbangkan penawaran dan permintaan terhadap barang dan jasa, model ini disebut model ekuilibrium umum.
Model ini menjelaskan bagaimana pendapatan dibagi di antara faktor-faktor produksi dan harga faktor bergantung pada penawaran faktor.
Menjelaskan bagaimana kebijakan fiscal mengubah alokasi output diantara penggunaan alternatifnya – konsumsi, investasi dan pembelian pemerintah.

Resume Macroeconomics 7th Mankiw Chapter 2 : Data Makroekonomi



      A.     Pengukuran Nilai Aktivitas Ekonomi : Produk Domestik Bruto (GDP)
GDP adalah nilai mata uang seluruh barang dan jasa yang diproduksi  dalam satu negara pada perioda waktu tertentu.

Pendapatan, Pengeluaran dan Aliran Sirkuler

Dari diagram alir diatas, dapat dilihat bahwa GDP dapat dihitung melalui dua cara, yaitu :
1.      Pendapatan total semua orang dalam negara
2.      Pengeluaran total output barang dan jasa dalam negara
Secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa GDP mengukur aliran rupiah dalam ekonomi.
Aturan Menghitung GDP
Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati dalam menghitung GDP, yaitu :
1.  Untuk menghitung nilai total barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional (national income accounts) menggunakan harga pasar.
2.    Barang bekas tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP.
3. Perlakuan terhadap persediaan bergantung apakah barang disimpan atau dibiarkan. Bila barang disimpan, nilainya dimasukkan dalam GDP. Bila dibiarkan, GDP tidak berubah. Bila akhirnya terjual, barang tersebut dianggap sebagai barang bekas (tidak dihitung).
4.  Barang setengah jadi (intermediate goods) tidak dihitung dalam GDP (hanya barang jadi), karena nilai barang setengah jadi telah dimasukkan dalam harga pasar. Nilai tambah (value added) sebuah perusahaan sama dengan nilai output perusahaan itu dikurangi nilai barang setengah jadi yang dibeli perusahaan.
5.   Sebagian barang tidak dijual di pasar dan karena itu tidak memiliki harga pasar. Kita harus menggunakan nilai terkait (imputed value) sebagai perkiraan nilainya. Misalnya, jasa perumahan dan layanan pemerintah.
GDP Riil Vs GDP Nominal
GDP Nominal adalah Nilai barang jadi dan jasa yang diukur dengan harga yang berlaku. GDP ini bisa berubah setiap saat, baik karena ada perubahan dalam jumlah (nilai riil) barang dan jasa atau ada perubahan dalam harga barang dan jasa tersebut.
Sehingga, GDP nominal Y = P x y, di mana P adalah tingkat harga dan y adalah output riil—di sini output dan GDP serupa.
GDP Riil atau, y = Y / P adalah nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan harga konstan.
Perbedaan antara riil dan nominal ini dapat juga diterapkan pada nilai moneter lain, seperti gaji. Gaji nominal (atau uang) dinotasikan oleh W dan dibagi jadi nilai riil (w) dan variabel harga (P).
Sehingga : W = gaji nominal = P x w dan  w = gaji riil = W/P
Konversi dari satuan nominal ke riil ini memungkinkan kita untuk menghilangkan masalah yang muncul ketika mengukur nilai rupiah yang berubah sepanjang waktu sebagaimana tingkat harga berubah.
Contoh perhitungan GDP Riil dihitung dalam ekonomi apel dan jeruk :
Misalnya, kita ingin membandingkan output pada 2009 dan 2010, kita pilih harga-dasar tahunan (base-year prices), misal harga 2009.
GDP riil pada 2009 :
(Harga Apel 2009  x  Jumlah Apel 2009) +(Harga Jeruk 2009  x  Jumlah Jeruk 2009).
GDP riil pada 2010 :
(Harga Apel 2009  x Jumlah Apel 2010) +(Harga Jeruk 2009  x Jumlah Jeruk 2010).
GDP riil pada 2011 :
(Harga Apel 2009 x Jumlah Apel 2011) +(Harga Jeruk 2009 x Jumlah Jeruk 2011).
Harga 2009 digunakan untuk menghitung GDP riil untuk semua tahun di atas. Karena harga dibuat konstan dari tahun ke tahun, GDP riil bervariasi hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda.
GDP Deflator
GDP Nominal  mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian, sedangkan GDP Riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan.
GDP Deflator, disebut juga deflator harga implisit untuk GDP, mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. GDP Deflator mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Deflator PDB = PDB Nominal / PDB Riil
 
Ukuran Rantai Tertimbang GDP Riil
Penggunaan harga-dasar tahunan untuk menghitung GDP tidak selalu tepat, terutama jika yang dijadikan harga dasar adalah harga 10 atau 20 tahun lalu (misal, komputer dan biaya kuliah). Kemudian pada tahun 1995, Biro Analisis Ekonomi memutuskan untuk memakai ukuran rantai-tertimbang GDP riil. Dengan ukuran ini, tahun dasar berubah terus-menerus. Ukuran baru ini lebih baik daripada ukuran sebelumnya karena menjamin harga yang dipakai untuk menghitung GDP riil tidak terlalu out-of-date.
Harga rata-rata pada 2009 dan 2010 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2009 sampai 2010. Harga rata-rata pada 2010 dan 2011 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2010 sampai 2011, dan seterusnya. Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun ini disatukan membentuk rantai untuk membandingkan output antara dua waktu.

Komponen Pengeluaran
Komponen pengeluaran terdiri dari :
-       Konsumsi (Y) : Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, terdiri dari barang habis pakai, barang tidak habis pakai dan jasa.
-      Investasi (I) : Pembelian barang untuk konsumsi masa depan, terdiri dari investasi bisnis tetap, investasi rumah tangga tetap dan investasi persediaan.
-        Pengeluaran Pemerintah (G) : Pembelian barang dan jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah, seperti peralatan militer, jalan tol dan jasa layanan umum kepada masyarakat. Tidak termasuk di dalamnya bantuan kepada individu seperti bantuan sosial dan kesejahteraan, karena bantuan ini  bersifat realokasi dari pendapatan yang ada dan tidak dibuat dalam rangka perolehan barang dan jasa.
-        Ekspor Netto (NX) : Nilai dari barang dan jasa yang dijual ke negara lain (ekspor) dikurangi nilai barang dan jasa yang negara lain jual ke negara kita (impor).
Dari komponen ini tercipta persamaan GDP (Y) yaitu jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional. Yang dituliskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX

Ukuran Lain Pendapatan
Selain GDP, terdapat alternatif lain penghitungan pendapatan suatu negara, yaitu GNP. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (gross national product, GNP), kita menambah GDP dengan penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia.

GNP = GDP + Pembayaran dari mancanegara – Pembayaran ke mancanegara

Bila GDP mengukur pendapatan total yang diproduksi secara domestik, GNP mengukur pendapatan total yang diperoleh oleh negara (penduduk suatu negara).
Selain GDP dan GNP, ada produk nasional netto (net national product, NNP), yang diperoleh dari GNP dikurangi depresiasi modal (jumlah persediaan pabrik, peralatan, dan struktur residensial yang habis dipakai selama setahun).

NNP = GNP – Depresiasi

Depresiasi disini sering disebut sebagai konsumsi dari modal tetap, yang sebanding dengan sekitar 10% dari GNP. Produk Nasional Netto hampir sebanding dengan Pendapatan Nasional. Perbedaan keduanya disebut dengan ketidaksesuaian statistik, yang timbul karena perbedaan sumber data yang tidak sepenuhnya konsisten.
Pendapatan Nasional dibagi menjadi enam komponen, tergantung dari siapa yang menghasilkan pendapatan tersebut. Enam komponen tersebut adalah :
-      Kompensasi pekerja (63,7%) : Gaji dan jaminan sosial yang diperoleh pekerja
-    Laba pemilik (8,6%) : Laba dari perusahaan nonkorporat seperti pertanian kecil, toko kelontong dan kantor advokasi hukum.
-      Pendapatan sewa (0,3%) : Pendapatan yang diterima oleh pemilik aset.
- Laba korporat (13,4%) : Pendapatan yang diterima perusahaan setelah pembayaran kepada karyawan dan kreditur.
-      Bunga bersih (5,4%) : Bunga adalah riba, dan riba hukumnya HARAM
-      Pajak tidak langsung (8,6%)
Dari Pendapatan Nasional, kita bisa menghitung Pendapatan Personal dengan rumus sebagai berikut :

Personal Income
=
National Income


− Indirect Business Taxes


− Corporate Profits


− Social Insurance Contributions


− Net Interest


+ Dividends


+ Government Transfers to Individuals


+ Personal Interest Income

Dari Pendapatan Personal, kemudian kita bisa menghitung Disposable Personal Income, dengan rumus sebagai berikut :

Disposable Personal Income = Personal Income  − Personal Tax and Nontax Payments


         B.      Mengukur Biaya Hidup : Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. Biro Statistik Tenaga Kerja  mengukur semuanya dengan menghitung harga sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tipikal. CPI adalah harga sekeranjang barang ini relatif terhadap harga keranjang yang sama pada tahun dasar.
Contoh Perhitungan :
Konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulan. CPI dihitung sebagai berikut :
CPI = ((5 x Harga Apel Sekarang) + (2 X Harga Jeruk Sekarang)) /  ((5 x Harga 2010) + (2 X Harga Jeruk 2010))        

Pada perhitungan CPI, 2010 adalah tahun dasar. Index menyatakan berapa yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga sekeranjang buah yang sama tahun 2010.
Indeks Harga Konsumen Vs GDP Deflator
Deflator GDP mengukur harga semua barang yang diproduksi, sementara CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. Sehingga, peningkatan harga barang yang dibeli hanya oleh perusahaan-perusahaan dan pemerintah akan muncul dalam deflator GDP, bukan dalam CPI.
Perbedaan lain adalah deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan bagian dari GDP dan karenanya tidak muncul dalam deflator GDP.
Perbedaan ketiga adalah cara keduanya mengagregasi harga. CPI menerapkan timbangan tetap pada harga barang yang berbeda-beda, sementara deflator GDP menerapkan timbangan yang berubah.
     C.      Mengukur Pengangguran : Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran (unemployment rate) didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate) adalah persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
 Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur / Angkatan Kerja X 100%
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja / Populasi Dewasa X 100%

Survei Rumahtangga dan survei pembangunan
Biro statistik menyelenggarakan dua survei tentang angkatan kerja, sehingga menghasilkan dua ukuran angkatan kerja. Survei pembangunan mengestimasi jumlah pekerja yang perusahaan miliki berdasarkan daftar gaji.
Survei rumah tangga mengestimasi jumlah orang yang mengatakan mereka bekerja.
Dua ukuran angkatan kerja tidak perlu identik, meskipun berkorelasi positif.
Beberapa ahli ekonomi meyakini bahwa survei pembangunan lebih akurat karena memiliki ukuran sampel yang lebih besar.

Sumber : Macroeconomics 7th Gregory Mankiw
Resume Oleh : Rohmad Adi Siaman SST Akt., M.Ec.Dev.