Resume Macroeconomics 7th Mankiw Chapter 2 : Data Makroekonomi



      A.     Pengukuran Nilai Aktivitas Ekonomi : Produk Domestik Bruto (GDP)
GDP adalah nilai mata uang seluruh barang dan jasa yang diproduksi  dalam satu negara pada perioda waktu tertentu.

Pendapatan, Pengeluaran dan Aliran Sirkuler

Dari diagram alir diatas, dapat dilihat bahwa GDP dapat dihitung melalui dua cara, yaitu :
1.      Pendapatan total semua orang dalam negara
2.      Pengeluaran total output barang dan jasa dalam negara
Secara keseluruhan, pendapatan harus sama dengan pengeluaran. Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa GDP mengukur aliran rupiah dalam ekonomi.
Aturan Menghitung GDP
Terdapat beberapa aturan yang harus ditaati dalam menghitung GDP, yaitu :
1.  Untuk menghitung nilai total barang dan jasa yang berbeda, pos pendapatan nasional (national income accounts) menggunakan harga pasar.
2.    Barang bekas tidak dimasukkan dalam perhitungan GDP.
3. Perlakuan terhadap persediaan bergantung apakah barang disimpan atau dibiarkan. Bila barang disimpan, nilainya dimasukkan dalam GDP. Bila dibiarkan, GDP tidak berubah. Bila akhirnya terjual, barang tersebut dianggap sebagai barang bekas (tidak dihitung).
4.  Barang setengah jadi (intermediate goods) tidak dihitung dalam GDP (hanya barang jadi), karena nilai barang setengah jadi telah dimasukkan dalam harga pasar. Nilai tambah (value added) sebuah perusahaan sama dengan nilai output perusahaan itu dikurangi nilai barang setengah jadi yang dibeli perusahaan.
5.   Sebagian barang tidak dijual di pasar dan karena itu tidak memiliki harga pasar. Kita harus menggunakan nilai terkait (imputed value) sebagai perkiraan nilainya. Misalnya, jasa perumahan dan layanan pemerintah.
GDP Riil Vs GDP Nominal
GDP Nominal adalah Nilai barang jadi dan jasa yang diukur dengan harga yang berlaku. GDP ini bisa berubah setiap saat, baik karena ada perubahan dalam jumlah (nilai riil) barang dan jasa atau ada perubahan dalam harga barang dan jasa tersebut.
Sehingga, GDP nominal Y = P x y, di mana P adalah tingkat harga dan y adalah output riil—di sini output dan GDP serupa.
GDP Riil atau, y = Y / P adalah nilai barang dan jasa yang diukur menggunakan harga konstan.
Perbedaan antara riil dan nominal ini dapat juga diterapkan pada nilai moneter lain, seperti gaji. Gaji nominal (atau uang) dinotasikan oleh W dan dibagi jadi nilai riil (w) dan variabel harga (P).
Sehingga : W = gaji nominal = P x w dan  w = gaji riil = W/P
Konversi dari satuan nominal ke riil ini memungkinkan kita untuk menghilangkan masalah yang muncul ketika mengukur nilai rupiah yang berubah sepanjang waktu sebagaimana tingkat harga berubah.
Contoh perhitungan GDP Riil dihitung dalam ekonomi apel dan jeruk :
Misalnya, kita ingin membandingkan output pada 2009 dan 2010, kita pilih harga-dasar tahunan (base-year prices), misal harga 2009.
GDP riil pada 2009 :
(Harga Apel 2009  x  Jumlah Apel 2009) +(Harga Jeruk 2009  x  Jumlah Jeruk 2009).
GDP riil pada 2010 :
(Harga Apel 2009  x Jumlah Apel 2010) +(Harga Jeruk 2009  x Jumlah Jeruk 2010).
GDP riil pada 2011 :
(Harga Apel 2009 x Jumlah Apel 2011) +(Harga Jeruk 2009 x Jumlah Jeruk 2011).
Harga 2009 digunakan untuk menghitung GDP riil untuk semua tahun di atas. Karena harga dibuat konstan dari tahun ke tahun, GDP riil bervariasi hanya jika jumlah yang diproduksi berbeda.
GDP Deflator
GDP Nominal  mengukur nilai uang yang berlaku dari output perekonomian, sedangkan GDP Riil mengukur output yang dinilai pada harga konstan.
GDP Deflator, disebut juga deflator harga implisit untuk GDP, mengukur harga output relatif terhadap harganya pada tahun dasar. GDP Deflator mencerminkan apa yang sedang terjadi pada seluruh tingkat harga dalam perekonomian.
Deflator PDB = PDB Nominal / PDB Riil
 
Ukuran Rantai Tertimbang GDP Riil
Penggunaan harga-dasar tahunan untuk menghitung GDP tidak selalu tepat, terutama jika yang dijadikan harga dasar adalah harga 10 atau 20 tahun lalu (misal, komputer dan biaya kuliah). Kemudian pada tahun 1995, Biro Analisis Ekonomi memutuskan untuk memakai ukuran rantai-tertimbang GDP riil. Dengan ukuran ini, tahun dasar berubah terus-menerus. Ukuran baru ini lebih baik daripada ukuran sebelumnya karena menjamin harga yang dipakai untuk menghitung GDP riil tidak terlalu out-of-date.
Harga rata-rata pada 2009 dan 2010 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2009 sampai 2010. Harga rata-rata pada 2010 dan 2011 digunakan untuk mengukur pertumbuhan riil dari 2010 sampai 2011, dan seterusnya. Tingkat pertumbuhan tahun-ke-tahun ini disatukan membentuk rantai untuk membandingkan output antara dua waktu.

Komponen Pengeluaran
Komponen pengeluaran terdiri dari :
-       Konsumsi (Y) : Barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, terdiri dari barang habis pakai, barang tidak habis pakai dan jasa.
-      Investasi (I) : Pembelian barang untuk konsumsi masa depan, terdiri dari investasi bisnis tetap, investasi rumah tangga tetap dan investasi persediaan.
-        Pengeluaran Pemerintah (G) : Pembelian barang dan jasa oleh pemerintah pusat maupun daerah, seperti peralatan militer, jalan tol dan jasa layanan umum kepada masyarakat. Tidak termasuk di dalamnya bantuan kepada individu seperti bantuan sosial dan kesejahteraan, karena bantuan ini  bersifat realokasi dari pendapatan yang ada dan tidak dibuat dalam rangka perolehan barang dan jasa.
-        Ekspor Netto (NX) : Nilai dari barang dan jasa yang dijual ke negara lain (ekspor) dikurangi nilai barang dan jasa yang negara lain jual ke negara kita (impor).
Dari komponen ini tercipta persamaan GDP (Y) yaitu jumlah konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah dan ekspor netto. Persamaan ini disebut identitas pos pendapatan nasional. Yang dituliskan sebagai berikut :
Y = C + I + G + NX

Ukuran Lain Pendapatan
Selain GDP, terdapat alternatif lain penghitungan pendapatan suatu negara, yaitu GNP. Untuk mendapatkan produk nasional bruto (gross national product, GNP), kita menambah GDP dengan penerimaan dari pendapatan faktor produksi (upah, laba, dan sewa) dari seluruh dunia dan mengurangi pembayaran dari pendapatan faktor ke seluruh dunia.

GNP = GDP + Pembayaran dari mancanegara – Pembayaran ke mancanegara

Bila GDP mengukur pendapatan total yang diproduksi secara domestik, GNP mengukur pendapatan total yang diperoleh oleh negara (penduduk suatu negara).
Selain GDP dan GNP, ada produk nasional netto (net national product, NNP), yang diperoleh dari GNP dikurangi depresiasi modal (jumlah persediaan pabrik, peralatan, dan struktur residensial yang habis dipakai selama setahun).

NNP = GNP – Depresiasi

Depresiasi disini sering disebut sebagai konsumsi dari modal tetap, yang sebanding dengan sekitar 10% dari GNP. Produk Nasional Netto hampir sebanding dengan Pendapatan Nasional. Perbedaan keduanya disebut dengan ketidaksesuaian statistik, yang timbul karena perbedaan sumber data yang tidak sepenuhnya konsisten.
Pendapatan Nasional dibagi menjadi enam komponen, tergantung dari siapa yang menghasilkan pendapatan tersebut. Enam komponen tersebut adalah :
-      Kompensasi pekerja (63,7%) : Gaji dan jaminan sosial yang diperoleh pekerja
-    Laba pemilik (8,6%) : Laba dari perusahaan nonkorporat seperti pertanian kecil, toko kelontong dan kantor advokasi hukum.
-      Pendapatan sewa (0,3%) : Pendapatan yang diterima oleh pemilik aset.
- Laba korporat (13,4%) : Pendapatan yang diterima perusahaan setelah pembayaran kepada karyawan dan kreditur.
-      Bunga bersih (5,4%) : Bunga adalah riba, dan riba hukumnya HARAM
-      Pajak tidak langsung (8,6%)
Dari Pendapatan Nasional, kita bisa menghitung Pendapatan Personal dengan rumus sebagai berikut :

Personal Income
=
National Income


− Indirect Business Taxes


− Corporate Profits


− Social Insurance Contributions


− Net Interest


+ Dividends


+ Government Transfers to Individuals


+ Personal Interest Income

Dari Pendapatan Personal, kemudian kita bisa menghitung Disposable Personal Income, dengan rumus sebagai berikut :

Disposable Personal Income = Personal Income  − Personal Tax and Nontax Payments


         B.      Mengukur Biaya Hidup : Indeks Harga Konsumen (IHK)
Indeks harga konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) mengubah harga berbagai barang dan jasa menjadi sebuah indeks tunggal yang mengukur seluruh tingkat harga. Biro Statistik Tenaga Kerja  mengukur semuanya dengan menghitung harga sejumlah barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen tipikal. CPI adalah harga sekeranjang barang ini relatif terhadap harga keranjang yang sama pada tahun dasar.
Contoh Perhitungan :
Konsumen membeli 5 apel dan 2 jeruk setiap bulan. CPI dihitung sebagai berikut :
CPI = ((5 x Harga Apel Sekarang) + (2 X Harga Jeruk Sekarang)) /  ((5 x Harga 2010) + (2 X Harga Jeruk 2010))        

Pada perhitungan CPI, 2010 adalah tahun dasar. Index menyatakan berapa yang harus dibelanjakan untuk membeli 5 apel dan 2 jeruk sekarang relatif terhadap harga sekeranjang buah yang sama tahun 2010.
Indeks Harga Konsumen Vs GDP Deflator
Deflator GDP mengukur harga semua barang yang diproduksi, sementara CPI hanya mengukur harga barang dan jasa yang dibeli konsumen. Sehingga, peningkatan harga barang yang dibeli hanya oleh perusahaan-perusahaan dan pemerintah akan muncul dalam deflator GDP, bukan dalam CPI.
Perbedaan lain adalah deflator GDP hanya mencakup barang dan jasa yang diproduksi secara domestik. Barang-barang impor bukan bagian dari GDP dan karenanya tidak muncul dalam deflator GDP.
Perbedaan ketiga adalah cara keduanya mengagregasi harga. CPI menerapkan timbangan tetap pada harga barang yang berbeda-beda, sementara deflator GDP menerapkan timbangan yang berubah.
     C.      Mengukur Pengangguran : Tingkat Pengangguran
Angkatan kerja (labor force) didefinisikan sebagai jumlah orang yang bekerja dan orang yang menganggur, dan tingkat pengangguran (unemployment rate) didefinisikan sebagai persentase dari angkatan kerja yang tidak bekerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor-force participation rate) adalah persentase dari populasi orang dewasa yang ada dalam angkatan kerja.
 Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur / Angkatan Kerja X 100%
 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja = Angkatan Kerja / Populasi Dewasa X 100%

Survei Rumahtangga dan survei pembangunan
Biro statistik menyelenggarakan dua survei tentang angkatan kerja, sehingga menghasilkan dua ukuran angkatan kerja. Survei pembangunan mengestimasi jumlah pekerja yang perusahaan miliki berdasarkan daftar gaji.
Survei rumah tangga mengestimasi jumlah orang yang mengatakan mereka bekerja.
Dua ukuran angkatan kerja tidak perlu identik, meskipun berkorelasi positif.
Beberapa ahli ekonomi meyakini bahwa survei pembangunan lebih akurat karena memiliki ukuran sampel yang lebih besar.

Sumber : Macroeconomics 7th Gregory Mankiw
Resume Oleh : Rohmad Adi Siaman SST Akt., M.Ec.Dev.
ADVERTISEMENTS :

Latihan Soal CAT CPNS 2014

1 komentar:

thanks for resume nya :) jadi pengen punya buku mankiw :')))

Reply

Posting Komentar