Dari Lenin Ke PLN

Tidak banyak orang tahu bahwa Lenin, tokoh komunis revolusioner dari Rusia, adalah seorang pemuja listrik.  Tak heran jika saat Lenin berkuasa hampir semua pelosok desa di Rusia telah terang benderang di malam hari karena lampu-lampu teraliri listrik. Obsesinya pada listrik mengilhami pemikiran kontroversial yang menganggap Tuhan adalah listrik. Dalilnya sederhana, karena keduanya memiliki kesamaan yaitu tidak bisa dilihat, tapi bisa dirasakan keberadaannya. Tapi tulisan ini tidak akan membahas tentang tokoh palu arit ini. Hanya saja, terlepas dari ide nylenehnya tentang listrik sebagai Tuhannya orang komunis, kita tentu sepakat dengan Lenin bahwa listrik memang kebutuhan penting bagi manusia.


Di Indonesia, listrik diakui sebagai salah satu cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, sehingga perlu untuk dikuasai oleh negara melalui BUMN yaitu PLN. Pihak swasta yang memproduksi listrik untuk tujuan komersial harus menjualnya kepada PLN sebagai BUMN kelistrikan di Indonesia. Satu hal sederhana sekaligus ironis untuk menggambarkan posisi strategis PLN adalah ketika listrik normal, tidak ada pelanggan yang berterima kasih. Tapi ketika listrik mati hampir semua pelanggan kecewa, marah dan mengumpat tanpa mau tahu penyebab matinya listrik. Dari sini terlihat bahwa PLN adalah salah satu BUMN yang sangat penting bagi rakyat.

Sebelum era reformasi, PLN adalah perusahaan umum yang disokong penuh oleh negara. Tidak ada keharusan bagi PLN untuk memperoleh keuntungan dari usahanya jualan listrik. Sisi positifnya, PLN akan berfokus pada pelayanan kepada pelanggan tanpa dibebani target laba di akhir tahun. Tapi sisi negatifnya, kinerja perusahaan susah diukur karena ukuran kuantitatif seperti laba menjadi tidak relevan.

Dari sudut pandang pelanggan, pelayanan distribusi listrik tidak bisa lepas dari gurita calo. Mulai dari pasang baru sampai menambah daya, pelanggan PLN hampir wajib berurusan dengan calo. Mungkin hanya pemutusan jaringan saja yang bebas dari calo. Sementara itu, distribusi listrik di daerah pelosok terutama di luar jawa belum sepenuhnya merata. Ada daerah yang sama sekali belum teraliri listrik, ada juga daerah yang listriknya hanya menyala di malam hari.

Namun seperti disebutkan oleh Firmanzah (Koran Sindo 22/7), staf khusus Presiden bidang Ekonomi dan Pembangunan, paling tidak telah terjadi dua kali gelombang kebangkitan BUMN termasuk PLN. Gelombang pertama terjadi pasca serangkaian program penyehatan dan pemulihan perusahaan akibat krisis ekonomi di Indonesia sekitar tahun 1998. BUMN yang sebelumnya disokong penuh oleh Pemerintah Pusat mengalami kesulitan keuangan dan kemudian melakukan strategi bertahan hidup seperti rightsizing, downsizing dan restructuring. Gelombang kedua adalah kelanjutan dari gelombang pertama di mana BUMN mengembangkan operasi perusahaannya menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015.



Khusus untuk PLN, berbagai program peningkatan dan pengembangan layanan telah dilakukan. Peningkatan pelayanan dilakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi. Manfaat yang  paling dirasakan oleh pelanggan adalah semakin mudahnya memperoleh pelayanan kelistrikan dari PLN. Peningkatan pelayanan PLN tersebut diantaranya adalah : Pertama, dengan teknologi internet, pelanggan bisa melakukan pemasangan jaringan, penambahan daya, pengurangan daya sampai mengecek tagihan listrik tanpa harus berkunjung ke kantor unit pelayanan jaringan PLN. Cara ini pernah saya lakukan dan telah saya share tulisan tentang hal ini di blog ini. Selain lebih praktis, cara ini bisa menghilangkan praktek percaloan di PLN sekaligus mendukung gerakan PLN Bersih. Kedua, dengan bekerja sama dengan Perbankan, Kantor POS dan Kios-kios PPOB pelanggan juga disuguhi berbagai pilihan untuk membayar tagihan listrik. Ketiga, kehadiran listrik pra bayar atau dikenal sebagai listrik pintar. Dengan sistem ini, baik pelanggan maupun PLN akan sama-sama diuntungkan. Bagi pelanggan dengan sistem pra bayar tidak akan ada lagi ancaman pemutusan jaringan,sedangkan bagi PLN tidak akan ada lagi tagihan listrik yang tertunggak. 



Sedangkan pengembangan layanan diantaranya dilakukan dengan adanya mega proyek 10.000 Megawatt. Dengan proyek ini diharapkan daerah-daerah pelosok dapat terlayani kebutuhan listriknya. Dan daerah-daerah yang telah teraliri listrik dapat terhindar dari pemadaman yang tidak diinginkan.

Kemajuan pelayanan PLN ini tidak saja membuat profitabilitas perusahaan meningkat, namun juga mampu memicu kemajuan industri hulu alat kelistrikan dalam negeri. Seperti disinggung oleh Dahlan Iskan (Jawa Pos 16/9), Menteri BUMN yang juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama PLN bahwa industri yang menyediakan alat berat kelistrikan terkena imbas dari kemajuan PLN ini. Industri yang memproduksi KWh Meter, Kabel, Trafo dan lain-lain kewalahan melayani permintaan PLN yang sangat besar. Di samping itu, industri domestik juga dirangsang untuk melakukan inovasi kelistrikan. Contohnya keberhasilan rekanan PLN menciptakan Trafo 500 KV yang sebelumnya harus diimpor dengan harga yang lebih mahal. Trafo buatan dalam negeri ini harganya "hanya" Rp 40 Miliar dan jauh lebih murah dari Trafo impor dengan daya yang sama yang harus ditebus dengan uang sebesar Rp 120 Miliar.

Sebagai sumber energi yang bersih, mau tidak mau listrik akan menjadi salah satu energi primadona di masa mendatang. Untuk itu diharapkan kemajuan PLN ini dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.
ADVERTISEMENTS :

Latihan Soal CAT CPNS 2014

Posting Komentar