BIAS 105: Hakikat Kebaikan dan Dosa 2

Dalam sebuah hadits :
 
وَ عَنِ النَّوَّاسِ ابْنِ سَمْعَانَ رضي اللّه عنه قَالَ سَأَلْتُ رَسُوْلَ اللّهِ صلّى اللّه عليه وسلّم عَنِ الْبِرِّ وَ اْلأِثْمِ فَقَالَ اَلْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَ اْلأِثْمُ مَا حَاكَ فِى صَدْرِكَ وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
Dari sahabat Nawaas bin Sam'an radhiallohu'anhu Dia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam tentang kebajikan dan tentang dosa. Kebajikan adalah akhlaq yang mulia. Dan dosa adalah apa yang membuat hatimu gelisah dan engkau tidak suka kalau orang-orang melihat apa yang engkau lakukan tersebut (HR. Muslim).
Telah kita bahas pada pertemuan sebelumnya tentang makna albirru husnul khuluuq (kebajikan adalah akhlaq yang mulia). Dan pada kesempatan kali ini kita akan membahas potongan hadits yang ke-2 yaitu tentang dosa. Dosa adalah apa yang menggelisahkan engkau dihatimu. Dan engkau tidak suka jika orang-orang melihat kau melakukannya. Hadits ini menjelaskan tentang barometer untuk mengenal dosa. Tentunya dosa-dosa adalah melakukan hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
 
Untuk mengenal dosa, kita bisa melihat dengan mempelajari Al-Quran dan sunnah-sunnah Nabi sholallohu 'alaihi wasallam, apa yang dilarang oleh Allah dalam Al-Qur'an maka itu adalah dosa. Apa yang dilarang oleh Nabi sholallohu 'alaihi wasallam dalam hadits-haditsnya maka itu adalah dosa.
 
Namun terkadang ada perkara yang kita lakukan yang kita tidak sempat untuk melihat dalilnya, tidak sempat untuk mengecek dalilnya atau kita tidak tahu dalilnya. Tetapi tatkala kita hendak melakukannya muncul kegelisahan dalam dada kita, muncul tidak ketenangan dalam hati kita tatkala kita hendak melakukannya, ingatlah ini merupakan ciri dosa. Karena dalam hadits ini Rasulullah sholallohu 'alaihi wasallam telah menyebutkan barometer dan indikator untuk mengenal dosa, beliau menyebutkan 2 ciri, yaitu :
  1. Yaitu menjadikan dadamu gelisah.
  2. Engkau tidak suka untuk dilihat oleh orang lain.
Kalau anda melakukan suatu perkara kemudian anda merasa tenang, hati tidak merasa gelisah, kalau oranglain tahu pun tidak jadi mengapa maka ini bukan dosa. Tapi tatkala anda melakukan sesuatu tetapi kemudian ternyata hati anda gelisah atau tidak tenang kemudian yang kedua tidak ingin orang lain tahu, tidak ingin tetangga tahu, tidak ingin sahabat tahu, tidak ingin istri tahu, tidak ingin ustadz kita tahu maka ini merupakan ciri dosa maka berhati-hatilah. Dan sebaiknya kita meninggalkan perkara yang menimbulkan ketidaktenangan tersebut.
 
Namun ingat kata para ulama, hadits ini --sabda Nabi sholallohu 'alaihi wasallam ini-- berkaitan dengan orang yang hatinya masih sesuai fitrah, bukan orang-orang yang melakukan kemaksiatan yang fitrahnya sudah rusak, yang membanggakan kemaksiatan-kemaksiatan yang mereka lakukan, tidak punya malu, ini tentu tidak berlaku bagi mereka.
 
Seperti orang-orang yang memamerkan aurat mereka, orang-orang yang minum khamr dihadapan banyak orang, orang-orang yang bangga dengan kejahatan-kejahatan yang mereka laukan, maksiat-maksiat yang mereka lakukan, orang-orang yang terkadang men-shooting diri mereka tatkala mereka sedang bermaksiat, sedang berzina lalu mereka sebarkan di dunia-dunia maya. Ini semua tidak berlaku bagi mereka disini karena fitrah mereka telah rusak, adapun hadits ini berlaku untuk orang yang masih punya rasa malu, yang fitrahnya masih baik, maka untuk mengenal dosa atau tidak, maka dia memiliki 2 ciri, 2 indikator :
  1. Hatinya tidak tenang
  2. Dia tidak suka kalau ada orang yang melihatnya
Oleh karenanya ikhwan akhwat sekalian yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Ta'ala terkadang seorang ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil bahwa dosa itu pasti mendatangkan kegelisahan. Sebagaimana penjelasan Ibnul Qoyyim rahimahullahu ta'ala :
Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala pasti dia gelisah, pasti dia tidak tenang. Sebagaimana orang yang mengingat Allah :
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Ketahuilah dengan mengingat Allah maka hati menjadi tenang (Ar-Ra'du : 28)
Maka kebalikannya, kalau lupa kepada Allah, maksiat kepada Allah maka pasti mendatangkan kegelisahan, pasti mendatangkan gundah gulana, hatinya tidak tenang, hatinya tidak tentram sampai dia bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala menjauhkan kita dari segala dosa dan semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang tawaabiin, yaitu jika kita berdosa segera kita bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
 
Anda dapat mendownload audio kajian di atas dengan mengklik link di bawah ini :

Rohmad Adi Siaman


Sumber :
  • Whats App Grup BIAS Group N01-57
  • Catatan Anggota BIAS
ADVERTISEMENTS :

Latihan Soal CAT CPNS 2014

Posting Komentar